Popular Posts

Tampilkan postingan dengan label Cerita seks dewasa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerita seks dewasa. Tampilkan semua postingan

Cerita sex | Aku Digoda Agnes

Posted by Info Hot On Selasa, 15 November 2011 0 komentar
Waktu itu hari jumat, aku pulang dari rumah teman SMA. Biasa, habis nonton film porno. Soalnya temanku kost sendiri, jadi amanlah buat nonton-nonton. Sampai di rumah, suasananya sepi. Aku kira keluargaku pergi semua. Baru saja aku mau mencari kunci pintu, kakak perempuanku Lia, 20 tahun, membukakan pintu.
"Ngga kuliah to Mbak?" tanyaku.
"Ngga, ada temenku tuh yang datang." jawab Kak Lia santai.

Waktu aku masuk ke ruang tamu, kulihat teman kakakku, Agnes, sedang nonton TV. Aku nggak tahu film apa itu. Aku masuk kamar buat ganti baju. Saat itu aku ngga bayangin yang ngeres-ngeres. Pada saat aku keluar dari kamarku, Agnes menyapaku.
"Eh, Ro, filmmu ini bagus lho!"
"Eh, film apa emang?" tanyaku kaget.
"Ini, masa sama punya sendiri ngga tahu."
Karena memang bingung, aku dekati Agnes, mau tahu film yang dia maksud.
"Eh.. ini ya?" jawabku kaget setengah mati. Soalnya film yang sedang dia tonton adalah film porno yang kupinjam dari temanku seminggu yang lalu. Astaga, pikirku, aku lupa mengembalikan.
"Kak.. kok bisa tahu, darimana ya?" jawabku agak malu.
"Tadi kakakmu ngambil dari kamarmu, emang kalian belum pernah nonton bareng ya?" jawab Agnes.
"Ya.. belum sih, aku cuma pinjem bentar dari temen?" kataku.

Tiba-tiba kakakku muncul. Agnes bertanya kepada kakakku, "Dari mana, Li?"
"Ini beli jus di warung."
Agnes terus bertanya kepada kakakku, "LI, adikmu ini mbok diajak nonton sekalian, biar bisa dipraktekin.. haha.."
Aku kaget mendengar pertanyaan Agnes. Langsung pikiranku mulai ngeres.
"Wah, ini sih kesempatan gue," pikirku.
"Ngapain Ro? Nyengir-nyengir sendiri, mulai ngeres tuh pikiranmu, ngga apa ding. Kan udah gede. Kamu sudah pernah ngeseks kan Ro?" tanya Agnes menggoda.
"Wah, jangan sampai hilang nih kesempatan," pikirku.
"Eh, belum sih, tapi emang pingin, he..he."
"Kalo gitu sini Ro, mumpung ada kita berdua." goda Agnes.
Kakakku hanya senyum-senyum melihat aku. Wah, Mbak Lia ternyata nafsu juga nih.
"Ya deh, tapi entar Mbak, jadi kebelet kencing nih."
"Wah, udah ngaceng tuh punyamu, Ro. Eh, Mbak Agnes ikut ya? Kita mulai di kamar mandi aja ya?"
"Eh Lia, entar ya, gue pinjem adikmu." kata Agnes yang sudah bernafsu.
"Ha.. ayo deh," jawabku.

Begitu aku mau kencing, Agnes langsung mengelus burungku dari belakang. Wah asyik nih pikirku. Agnes hanya diam sambil mengelus burungku yang sudah keluar air kencing.
"Sini aku bersihin."
Aku sih mau aja. Agnes langsung jongkok di depanku dan menjilat kepala burungku sekalian dikulum-kulum sampai masuk ke mulutnya. Kupegangi kepala Agnes dan kugerakkan kepalanya ke kanan-kiri. Kemudian dia berdiri dan langsung mencium bibirku dengan semangat. Lidahnya dimainkan di mulutku, aku pun mengikuti permainannya saja. Tanganku mulai kugerakkan ke buah dadanya yang montok. Aku putar-putar tanganku dan kudorong-dorong susunya.
Agnes mendesih pelan, "Ahh.."

Kubuka bajunya sampai lepas dan kelihatan susunya yang dibungkus BH putih. Kualihkan mulutku ke sekitar susunya. Kucium-cium dan kemudian kulepas BH-nya.
"Wah, putingnya besar nih pikirku."
Aku langsung mengulum putingnya dengan lembut dan tangan kiriku menggosok-gosok susunya yang satu lagi.
"Ah.. Teruss.. Ro," rintih Agnes sambil tangannya terus memainkan burungku. Setelah agak lama kumainkan susunya, aku berjongkok mau membuka celana jeansnya.
Tiba-tiba Mbak Lia muncul dan ngomong, "Eh, diterusin di kamarku yok, TV-nya udah kupindah ke sana. Masak aku cuma liat doank."
"I..ya deh, yuk Ro kita pindah.. Aaah.." jawab Agnes dengan gelinya karena tanganku mengenai lubang kemaluannya.

Setelah selesai kulepas celana Agnes dan tentu saja aku sudah telanjang, kugendong Agnes di depanku dengan lidahku memainkan putingnya.
Agnes mendesah, "Ahh..ah..ehh."
Kubaringkan di ranjang kakakku dan kulihat kakakku sudah melepas bajunya. Kudatangi Mbak Lia. Agnes hanya diam saja dengan tangannya menggosok-gosok lubang kemaluannya sendiri. Langsung kucium mulut Mbak Lia dan kumainkan susunya dengan gerakkan memutar dan meremas.
"Ehh.. Srrp," suara kakakku dengan mulut kami masih berciuman.
Tangan kakakku yang satu memegang pantatku dan yang satunya memegang burungku yang semakin besar saja rasanya. Lalu kuangkat kedua kaki kakakku dan kubaringkan pelan di ranjang. Dengan posisi aku di atas, kedua kaki kakakku melingkar di pinggangku, dan kugoyangkan pinggulku biar burungku bergesekkan dengan lubang kemaluannya. Lalu kuarahkan mulutku ke lubang kemaluan kakakku dan kujilat-jilat, kemudian kumasukkan lidahku ke dalam lubang kemaluannya. Sementara itu tanganku bergerilya di atas susunya, kuremas-remas.
"Ah.. Ayo teruss.. shh.." rintih kakakku.

Kemudian Agnes berdiri dengan lubang kemaluannya mengarah di mulut Mbak Lia dan menggoyangkan pantatnya di kepala Kak Lia. Kakakku pun langsung menjilat-jilat lubang kemaluan Agnes dengan semangat. Suara rintihan mereka membuatku semakin nafsu. Dan langsung kuarahkan burungku ke dalam lubang kemaluan kakak. Kaki kirinya kuangkat dan ku desak burungku untuk masuk ke lubang kemaluannya. Kugerakkan maju mundur dan kadang memutar sampai burungku basah oleh lendir dari lubang kemaluan kakakku.
"Crp.. crep.. slokk.." suara gesekan burungku dengan lembut.
"Emm.. ahh.. Terus Ro..o."
Semakin cepat ku dorong pantat dan tiba-tiba kurasakan burungku menegang keras dan kurasakan air maniku keluar deras di dalam lubang lubang kemaluan kakakku.
"Ahh.. ahh.. uhh!" desahku.
"Uhh.. ehha.." jerit kakakku yang juga mencapai orgasme.

Selama orgasme kutekan pantatku sampai burungku paling dalam dan kugerakkan maju mundur dan memutar. Kudiamkan beberapa saat di dalam karena burungku berkurang ketegangannya. Setelah kembali tegak kukeluarkan dan aku berdiri menuju ke Agnes yang masih mengerang keasyikan karena lubang kemaluannya masih dikulum mulut kakakku. Dengan posisi kakakku telentang, Agnes tetap menggerakkan pantatnya di kepala Mbak Lia, aku pegang kepala Agnes dan kuarahkan mulutnya ke burungku yang masih basah. Agnes langsung mengocok burungku dengan tangannya dan mengulum kepala burungku. Aku merasakan tegangan yang tinggi saat kugerakkan burungku maju mundur ke mulut Agnes, sampai Agnes kadang-kadang agak tersendak karena burungku masuk sangat dalam. Begitu aku merasa mau orgasme, kupegangi kepala Agnes, kugerakkan dengan agak cepat dan tangan Agnespun mendorong pantatku ke depan.
"Creet.. creett.. cprott," suara air maniku yang memuncrat ke dalam mulut Agnes. Aku mendesah dengan agak keras. Dan kulihat Agnes dengan susah payah berusaha menelan seluruh pejuhku agar jangan sampai tumpah ke ranjang.
"Hukk..uhuk." kudengar Agnes terbatuk-batuk karena kesulitan menelan pejuhku.
"Haa.haa.haa, Enak ya Mbak rasanya?" tanyaku menggoda.
"Seperti ..emm" jawabnya.
Kemudian dia memegangi burungku yang kembali melemah agar tegak kembali sambil di kocok-kocok.

Ah..enak sekali rasanya pikirku dan aku melirik ke arah film porno yang sampai ke adegan di mana si cewek menungging dan yang cowok memasukkan burungnya dari belakang. "Eh.. Mbak seperti itu ya posisinya?" pintaku.
"Oke deh," jawab Agnes.
Nah sekarang giliran kamu, Nes, pikirku. Saat aku berusaha memasukkan burungku ke lubang kemaluannya lewat bawah, Mbak Lia berdiri dengan kedua kakinya di antara punggung Agnes. Aku dan Mbak Lia berciuman dengan memainkan lidah di mulutku, kadang menjilat bibirku, sementara tanganku masih memegangi pinggang Agnes untuk mendorong burungku. Agnes dengan gerakan maju mundurnya membuat aku keenakkan. Agnes mendesah cepat dan keringat kami bertiga semakin banyak. Kemudian kuarahkan tanganku ke buah dada Agnes yang menggantung karena posisinya yang nungging. Kuremas-remas dan kugerakkan ke banyak arah. Sementara pinggangku terus memompa agar burungku terus keluar masuk ke lubang kemaluannya. Ciumanku dengan Mbak Lia semakin seru dan penuh nafsu. Sesekali kuarahkan tanganku ke buah dada kakakku yang ukurannya hampir sama besarnya dengan punya Agnes. Tibalah saatnya aku orgasme ketiga kalinya. Dengan segera tanganku memegang pinggang Agnes dan kudorong pantatku dengan cepat.

"Crepp..creep.." suara selangkanganku berbenturan dengan pinggiran lubang kemaluannya.
Dan, "Crut.." air maniku memuncrat derasnya di dalam lubang kemaluan Agnes.
Kami berdua mendesah keras karena Agnes pun mencapai orgasme. Cukup lama aku merasa orgasme sehingga kutekan pantatku ke depan dan kugerakkan burungku yang ada di dalam lubang kemaluannya. Setelah beberapa saat kukeluarkan burungku yang basah dan Mbak Lia pun dengan spontan memegang burungku dan menjilati bekas air maniku yang bercampur dengan lendir lubang kemaluan Agnes.

Kami pun beristirahat dengan tiduran telanjang tanpa satu helai pakaian. Aku di tengah dan mereka di sampingku. Tanganku masing-masing memegang buah dada Mbak Lia dan Agnes sementara entah tangan siapa memegangi burungku yang mulai bergerak-gerak lagi.

TAMAT

READ MORE

Cerita sex | Aku dan Mertua

Posted by Info Hot On 0 komentar
Ini adalah salah satu pengalaman nyata dari kehidupan sex-ku selama ini. Aku Roy, 32 tahun. Menikah, punya 2 anak. Istriku sangat cantik. Banyak yang bilang mirip bintang sinetron ternama saat ini. Kami tinggal di Bandung. Yang akan aku ceritakan adalah hubunganku dengan mertua aku sendiri.

Mertua aku tinggal di kota P, masih wilayah Jawa Barat. Suatu waktu aku ada tugas kerja ke kota P tersebut. Aku pergi naik motor. Sesampainya di kota P, aku langsung menyelesaikan tugas dari kantor. Setelah selesai, aku sengaja singgah dulu ke rumah mertua untuk istirahat. Sesampai di rumah, mertua perempuanku datang menyambut.

"Kok sendirian Roy? Mana anak istrimu?" tanya mertuaku.
"Saya ada tugas kantor disini, Ma. Jadi mereka tidak saya ajak. Lagian saya cuma sebentar kok, Ma. Hanya mau numpang mandi dan istirahat sebentar," jawabku.
"O begitu.. Akan mama siapkan makanan buat kamu," ujar mertuaku.

Lalu aku mandi. Setelah itu aku segera ke meja makan karena sudah sangat lapar.

"Papa mana, Ma?" tanyaku.
"Papa lagi ke rumah temannya ngurusin obyekan," jawan mertuaku.
"Kamu mau pulang jam berapa, Roy?" tanya mertuaku.
"Agak sorean, Ma. Saya akan tidur sebentar. Badan pegal hampir 3 jam naik motor dari Bandung," kataku.
"Kalau begitu ganti baju dulu dong. Nanti kusut kemeja kamu," ujar mertuaku sambil bangkit menuju kamarnya. Lalu dia datang lagi membawa kaos dan kain sarung.
"Ini punya Papa, pakailah nanti," kata mertuaku.
"Iya, Ma," kataku sambil terus melanjutkan makan.

Mertuaku berumur 42 tahun. Sangat cantik mirip istriku. Badan ramping, buah dada besar walau agak turun karena usia. Pantatnya sangat padat. Setelah berganti pakaian, aku duduk di ruang tamu sambil nonton TV.

"Loh katanya mau tidur?" tanya mertuaku sambil duduk di kursi yang sama tapi agak berjauhan.
"Sebentar lagi. Ma. Masih kenyang," ujarku. Lalu kami nonton TV tanpa banyak bicara.
"Tahukah kamu, Roy.. Bahwa mama sangat senang dengan kamu?" tanya mertuaku kepadaku memecah kesunyian.
"Kenapa, Ma?" tanyaku.
"Dulu sejak pertama kali datang kesini mengantar istrimu pulang, mama langsung suka kamu. Ganteng, tinggi, sopan, dan ramah," kata mertuaku. Aku hanya tersenyum.
"Sekarang kamu sudah menikahi anak mama dan sudah punya anak 2, tapi kamu tetap sama seperti yang dulu..," kata mertuaku lagi.
"Mama sangat sayang kamu, Roy," kata mertuaku lagi.
"Saya juga sayang mama," ujarku.
"Ada satu hal yang ingin mama lakukan, tapi tidak pernah berani karena takut jadi masalah..," kata mertuaku.
"Apa itu, Ma?" kataku.
"Mama ingin memeluk kamu walau sebentar..," ujar mertuaku sambil menatapku dengan mata sejuk.
"Kenapa begitu, Ma?" tanyaku lagi.
"Karena dulu mama sangat suka kamu. Sekarang ditambah lagi rasa sayang," kata mertuaku.

Aku tatap mata mertuaku. Kemudian aku tersenyum.

"Saya yang akan peluk mama sebagai rasa sayang saya ke mama," ujarku sambil beringsut mendekati mertuaku sampai badan kami bersentuhan.

Kemudian aku peluk mertuaku erat. Mertuakupun balas memeluk aku dengan erat sepertinya tidak mau melepas lagi.

"Boleh mama cium kamu Roy? Sebagai tanda sayang?" tanya mertuaku.

Aku agak kaget. Aku lepaskan pelukanku, lalu tersenyum dan mengangguk. Mertuaku tersenyum, lalu mencium pipi kiri, pipi kanan, kening. Lalu.. Mertuaku menatap mataku sesaat kemudian mengecup bibirku. Aku sangat kaget. Tapi aku tetap diam, dan ada sedikit rasa senang akan hal itu. Selang beberapa detik mertuaku kembali mengecup bibirku.. Dan melumatnya sambil merangkulkan tangannya ke pundakku. Secara spontan aku membalas ciuman mertuaku. Kami saling hisap, mainkan lidah.. Nafas mertuaku terdengar agak cepat. Tangan mertuaku masuk ke dalam kain sarung, lalu menyentuh kontolku dari luar CD. Tangannya lalu mengusap pelan lalu mulai meremas kontolku. Kontolku langsung tegang.

Tiba-tiba.. Kringg! Krinngg! Bunyi telepon mengagetkan kami. Kami langsung memisahkan diri. Mertuaku langsung bangkit menuju telepon. Entah apa yang dibicarakan. Karena merasa agak bersalah, aku segera masuk ke kamar, menutup pintu, lalu merebahkan diri di kasur. Terbayang terus peristiwa tadi berciuman dengan mama mertua sambil merasakan nikmatnya diremas kontol. Tiba-tiba terdengar pintu diketuk. Kemudian pintu terbuka. Mertuaku masuk.

"Sudah mau tidur, Roy?" tanya mertuaku.
"Belum, Ma," ujarku sambil bangkit lalu duduk di tepi ranjang. Mertuaku juga ikut duduk di sampingku.
"Kamu marah tidak atas kejadian tadi," tanya mertuaku sambil menatap mataku. Aku tersenyum.
"Tidak, Ma. Justru saya senang karena ternyata mama sangat sayang dengan saya," jawabku.

Mertuaku tersenyum lalu memegang tanganku.

"Sebetulnya dari dulu mama memimpikan hal seperti ini, Roy," ujar mertuaku.
"Tapi karena istrimu dan papamu selalu ada, ya mama hanya bisa menahan perasaan saja..," ujar mertuaku sambil mencium bibirku.

Akupun segera mebalas ciumannya. Dan sekarang aku mulai berani. Tanganku mulai meraba buah dada mertuaku dari luar dasternya. Aku meremasnya perlahanan. Tangan mertuakupun segera melepas kain sarung yang aku pakai. Tangannya langsung meraba dan meremas kontolku dari luar CD-ku. Kontolku makin mengeras. Mertuaku merogoh kontolku hingga berdiri tegak. Sambil tetap berciuman tangannya terus mengocok dan meremas kontolku. Akupun terus meremas buah dada mertuaku. Tak lama, mertuaku bangkit lalu melucuti semua pakaiannya. Akupun melakukan hal yang sama. Mertuaku segera naik ke tempat tidur, dan aku segera menaiki tubuhnya. Aku kecup bibirnya.

"Mama senang kamu datang hari ini, Roy.. Lebih senang lagi karena ternyata kamu bisa menerima rasa sayang mama kepada kamu..." ujar mertuaku sambil menciumku.

"Saya juga senang karena mama sangat menyayangi saya. Saua akan menyayangi mama..." kataku sambil memagut leher mertuaku.

Mertuaku mendesah dan menggelinjang merasakan desiran nikmat. Pagutanku kemudian turun ke buahdada mertuaku. Kujilati dan gigit-gigit kecil puting susu mertuaku sambil tangan yang satu meremas buah dada yang lain.

"Ohh.. Mmhh.. Mmhh.. Ohh..." desah mertuaku semakin merangsang gairahku.

Tapi ketika lidahku mulai turun ke perut, tiba-tiba mertuaku memegang kepalaku.

"Jangan ke bawah, Roy.. Mama malu. Segera masukkin saja.. Mama sudah tidak tahan..." ujar mertuaku.

Aku tersenyum dan maklum karena mertuaku termasuk orang yang konvensional dalam masalah sex. Aku buka lebar paha mertuaku, lalu aku arahkan kontolku ke memek mertua yang sudah basah dan licin. Tangan mertuaku segera memegang kontolku lalu mengarahkannya ke lubang memeknya. Tak lama.. Bless.. Kontolku langsung memompa memek mertuaku. Terasa tidak seret, tapi masih enak rasanya menjepit kontolku..

"Ohh.. Sshh.. Oh, Roy.. Mmhh..." desah mertuku ketika aku memompa kontolku agak cepat.

Mertuaku mengimbangi gerakanku dengan goyangan pinggulnya. Tak lama, tiba-tiba mertuaku bergetar lalu tubuhnya agak mengejang.

"Oh, Roy.. Mama mau keluarr.. Mmhh..." jerit kecil mertuaku.
"Terus setubuhi mama..." desahnya lagi.

Beberapa saat kemudian tubuh mertuaku melemas. Dia telah mencapai orgasme.. Akupun berhenti sejenak memompa kontolku tanpa mencabutnya dari memek mertuaku. Memeknya terasa makin licin oleh air maninya.

"Mama belum pernah merasakan nikmat seperti ini, Roy," ujar mertuaku sambil mengecup bibirku.
"Terima kasih, Roy..." ujarnya lagi sambil tersenyum. Akupun segera mengerakan kontolku menyetubuhi lagi mertuaku.
"Boleh Roy minta sesuatu, Ma?" tanyaku sambil terus memompa kontolku.
"Apa?" ujar mertuaku.
"Saya mau setubuhi mama dari belakang. Boleh?" tanyaku. Mertuaku tersenyum.
"Boleh tapi mama tidak mau nungging. Mama tengkurap saja ya?" ujar mertuaku.
"Iya, Ma," ujarku sambil mencabut kontolku. Mertuaku segera tengkurap sambil sedikit melebarkan kakinya.
"Ayo, Roy," ujar mertuaku.

Aku segera masukkan kontolku ke memek mertuaku dari belakang. Terasa lebih nikmat daripada masuk lewat depan. Mata mertuaku terpejam, dan sesekali terdengar desahannya. Akupun terus menikmati rasa nikmat sambil terus memompa kontolku. Kemudian terasa ada sesuatu rasa yang sangat kuat ingin keluar dari kontolku. Kupercepat gerakanku menyetubuhi mertuaku. Ketika hampir mencapai klimaks, aku cabut kontolku, lalu.. Crott! Crott..! Crott! Air maniku keluar banyak di punggung dan pantat mertuaku.

"Ohh.. Enak, Ma..." kataku.
Kugesekkan kontolku ke belahan pantat mertuaku. Selang beberapa menit setelah kelelahan agak hilang, mertuaku berkata, " Tolong bersihkan punggung mama, Roy..".
"Iya, Ma," ujarku. Lalu aku bersihkan air maniku di tubuh mertuaku.

Setelah berpakaian, lalu kami keluar kamar. Terlihat wajah mertuaku sangat ceria. Menjelang sore, mertua lelaki pulang. Aku dan mertua perempuanku bertindak biasa seolah tidak pernah terjadi apa-apa di antara kami.

Setelah makan malam, aku diminta mertua perempuanku utnuk membawakan semua piring kotor ke dapur. Aku menurut. Mertua lelaki aku setelah makan malam langsung menuju ruang televisi dan segera menonton acara kesukaannya. Di dapur, mertuaku perempuanku langsung menarik tanganku ke sudut dapur lalu menciumku. Aku membalasnya sambil tanganku langsung memegang selangkangannya kemudian meraba memeknya.

"Nakal kamu. Tapi mama suka," ujar mertuaku sambil tersenyum.
"Nanti Papa kesini, Ma.. Udah, ah Roy takut," ujarku.
"Tidak akan kesini kok, Roy," ujarnya.
"Sebelum kamu pulang, mama mau sekali lagi bersetubuh dengan kamu disini..." ujar mertuaku sambil tangannya segera meremas kontolku dari luar celana.
"Saya juga mau, tapi jangan disini, Ma.. Bahaya," ujarku.
"Ayo dong, Roy.. Mama sudah tidak tahan," ujarnya lagi. Tangannya terus meremas kontolku.
"Kita ke hotel yuk, Roy?" ajak mertuaku. Aku mengangguk.

Kemudian dengan alasan akan ke rumah temannya, mertuaku perempuanku meminta ijin pergi diantar olehku.

"Jangan lama-lama ngobrol disana, Ma.. Si Roy kan malam ini mau pulang. Kasihan nanti dia capek," ujar mertua lelaki.
"Iya dong, Pa..." ujar mertua perempuanku.

Kemudian kami naik motor segera pergi mencari hotel. Setelah selesai registrasi, kami segera masuk ke kamar. Tanpa banyak cakap, mertuaku langsung memeluk dan menciumku dengan liar. Aku balas ciumannya..

"Cepat kita lakukan, Roy.. Waktu kita hanya sedikit," ujar mertuaku sambil melucuti semua pakaiannya.

Aku juga demikian. Mertuaku langsung naik ke kasur, lalu aku menyusul. Tangan mertuaku langsung menggenggam kontolku dan diarahkan ke memeknya.

"Mama kok buru-buru sih?" tanyaku sambil tersenyum ketika kontolku sudah masuk memeknya. Lalu aku pompa kontolku perlahan menikmati enaknya memek mertuaku.
"Habisnya mama sudah tidak tahan sejak tadi di rumah, pengen merasakan kontol kamu lagi," kata mertuaku sambil menggoyang pinggulnya mengimbangi gerakanku.

Selang beberapa belas menit tiba-tiba mertuaku mendekap aku erat sambil mengerakkan pinggulnya cepat. Kemudian.. "Ahh.. Mmhh.. Enak sayang..." desah mertuaku mencapai puncak orgasmenya.

Badannya melemas. Aku terus memompa kontolku lebih cepat. Terasa lebih nikmat. Sampai beberapa lama kemudian aku tekan kontolku ke lubang memek mertuaku dalam-dalam, dan.. Crott.. Crott.. Crott.. Air maniku keluar di dalam memek mertuaku.

"Maaf, Ma.. Roy tidak bisa menahan.. Sehingga keluar di dalam," ujarku sambil memeluk tubuh mertuaku.
"Tidak apa-apa, Roy," jawab mertuaku.
"Mama sudah minum obat kok," ujarnya lagi.
"Kalo mama berkunjung ke rumah kamu, bisa tidak ya kita melakukan lagi?" tanya mertuaku.
"Bisa saja, Ma.. Kita jalan berdua saja dengan alasan pergi kemana..." jawabku. Mertuaku tersenyum.
"Kita pulang Roy," ujar mertuaku.

Sesampai di rumah, aku langsung bersiap untuk pulang ke Bandung. Ketika aku memanaskan motorku, mertua perempuan mendekatiku. Sementara mertua lelaki duduk di beranda.

"Hati-hati di jalan ya, Roy," ujar mertuaku.
"Iya, Ma. Terima kasih," ujarku sambil tersenyum.
"Tengokin mama dong sesering mungkin, Roy," ujar mertuaku sambil tersenyum penuh arti.
"Iya, Ma," ujarku sambil tersenyum pula.

Lalu aku pulang. Sejak saat itu hingga kini aku selalu menyempatkan diri sebulan sekali untuk datang ke rumah mertuaku, tentu saja setelah aku di-SMS dahulu oleh mertua perempuanku.

Ini adalah kisah nyata kehidupan aku.


READ MORE

Cerita sex | Aib Keluarga

Posted by Info Hot On 0 komentar
Berikut akan saya ceritakan satu cerita nyata yang cukup membuat malu keluarga besar saya. Kejadiannya terjadi sekitar 6 tahun yang lalu. Ini adalah kisah affair antara saudara sepupu saya dengan salah satu tante saya juga yang sudah berkeluarga. Sengaja saya samarkan nama-nama yang terlibat dalam cerita saya ini karena sangat banyak saudara-saudara saya yang lain serta teman-teman atau tetangga di lingkungan rumah keluarga besar yang menyukai situs 17Tahun.com ini. Sehingga saya khawatir nama baik saudara-saudara saya yang sudah mulai normal akan kembali terkuak bila mengetahui cerita tentang siapa dalam kisah yang akan saya ceritakan ini..

Sebetulnya cerita detail antara sepupu dengan tante saya tersebut saya tidak tahu pasti, karena itu adalah rahasia mereka berdua. Ada beberapa bagian adalah rekaan saya sendiri. Tapi secara garis besar, cerita saya ini benar-benar mengikuti peristiwa yang sebenarnya terjadi.

*****

Di salah satu sudut kota Bandung, berdiri cukup megah sebuah rumah yang sangat besar. Di dalamnya tinggal beberapa orang yang saling terikat hubungan keluarga. Mereka adalah kakek dan nenek, kita panggil saja mereka demikian, lalu keluarga Irwan, anak tertua, dan keluarga Detty, anak ketiga, serta keluarga Nani, anak bungsu. Kakek dan nenek sebetulnya mempunyai 6 orang anak. Hanya saja karena tiga anak yang lain kebetulan mempunyai rejeki yang agak mendingan dari tiga anak yang ikut tinggal sekarang, mereka bertiga bisa mempunyai rumah sendiri yang lokasinya berjauhan di daerah lain.

Irwan, 45 tahun, seorang karyawan swasta. Mempunyai istri Ida, 40 tahun. Mereka dikaruniai 2 orang anak, Ricky, 19 tahun, dan Hesti, 15 tahun. Detty, 38 tahun, mempunyai suami Marwan, 40 tahun, pegawai swasta. Dikaruniai satu anak, Rika, 17 tahun. Nani, 34 tahun, pegawai swasta, mempunyai suami, Ismu, 36 tahun. Dikarunia satu anak, Budi, 11 tahun. Kehidupan mereka berjalan normal. Hubungan mereka sebagai satu keluarga besar bisa dibilang baik. Memang sesekali terjadi konflik diantara mereka, tapi dengan segera masalah di antara mereka bisa diselesaikan dengan baik.

Nenek dan kakekpun tidak kelihatan pilih kasih kepada mereka semua. Mereka bisa bersikap adil, baik dalam hal kasih sayang maupun dalam bentuk materi. Ricky sebagai sepupu paling besar diantara mereka bisa bertindak dan berlaku tegas dalam melindungi adik-adiknya. Bahkan semua saudara sepupunya selalu bicara dan minta pendapat kepada dia bila ada masalah. Walaupun sikap Rickky kadang sangat cuek terhadap lingkungan. Ricky sangat menjaga semua adik sepupu perempuannya.

"Ki.. Aku mau minta pendapat kamu tentang cowok..." kata Rika.
"Mau nanya apaan?" kata Ricky.
"Kamu kenal si Juneadi, tidak?" tanya Rika.
"Tentu saja kenal. Anak-anak sini aku kenal semua. Emang ada apa?" tanya Ricky.
"Mm.. Dia kemarin bilang bahwa dia suka aku. Dia mau aku jadi pacar dia.. Gimana, Ki?" tanya Rika sambil menatap mata Ricky.
"Kamu suka dia, tidak?" tanya Ricky lagi.
"Dari fisik sih aku suka, tapi aku takut salah pilih..." kata Rika.
"Gini.. Bukannya aku melarang kamu untuk jalan dengan dia..." kata Ricky sambil menghisap rokoknya.
"Hanya saja yang aku tahu, Junaedi itu salah satu preman komplek sebelah. Yang lebih parah lagi, yang aku dengar katanya dia jadi pengedar juga..." lanjut Ricky.
"Aku sih terserah kamu saja.. Yang penting kamu pikir baik-baik resiko dan akibatnya nanti..." kata Ricky lagi.

Rika terdiam seperti berpikir.. Lalu Rika tersenyum kemudian dengan tiba-tiba mencium pipi Ricky.

"Terima kasih banyak.. Aku beruntung punya kakak kamu. Bisa kasih pandangan tanpa melarang sesuatu..." kata Rika sambil tersenyum manja.
"Karena aku sayang kamu..." kata Ricky sambil mencubit pipi Rika.
"Tahu tidak, mama pernah bilang bahwa kalau bisa aku cari pacar yang kayak kamu..." kata Rika.

Ricky mengerenyitkan dahinya.

"Emang tante Detty bilang apa tentang aku?" tanya Ricky penasaran.
"Mama bilang kalau kamu itu cakep, pintar, perhatian pada saudara, dan sangat melindungi adik semua.. Jangan geer kamu..." kata Rika sambil tersenyum.

Rickypun tersenyum.. Itulah salah satu bukti betapa sayangnya Ricky pada semua adiknya. Dan masih banyak lagi perhatian dan perlindungan Ricky terhadap keluarga. Keluarga besar itu sangat memuji dan membanggakan Ricky. Suatu hari keluarga besar itu sedang berkumpul membicarakan suatu masalah penting.

"Masalah ini harus segera diselesaikan..!" kata kakek.
"Tapi siapa yang harus pergi? Kita semua sibuk dengan kerjaan..." kata Irwan.
"Apa harus Bapak yang pergi sendiri? Kalian kan hanya tinggal datang ke instansi tersebut untuk menyerahkan dokumen ini!" kata kakek sambil membanting map berisi dokumen ke atas meja.
"Biar saya saja yang pergi.. Bapak sudah terlalu tua untuk pergi jauh..." kata Nani.
"Kamu kan kerja, Nan..." kata Irwan.
"Kalau begitu biar saya yang pergi. Bapak buatkan saja surat kuasa untuk saya..." kata Detty menengahi.

Kakek terdiam sambil memandangi putri ketiganya itu.

"Ya baiklah kalau begitu. Kamu yang pergi besok.. Akan Bapak buatkan surat kuasanya segera..." kata kakek.
"Tapi saya minta ada yang mengantar saya ke Garut besok. Saya tidak mau naik angkutan karena sangat makan waktu..." kata Detty.
"Ya sudah, besok Ricky harus mengantar tantemu ke Garut ya, Rik?!" kata Irwan sambil menatap anaknya yang paling besar itu.
"Iya, Pa..." kata Ricky pendek.
"Kamu pakai saja motor Papa," kata Irwan.
"Iya, Pa.. Jangan lupa STNK-nya ya, Pa," kata Ricky.

Esok paginya, Ricky dan Detty sudah siap-siap berangkat ke Garut untuk menyelesaikan masalah keluarga mereka tersebut. Singkat cerita, mereka sudah sampai di kota Garut. Dengan segera Detty menguruskan masalah yang dihadapi dengan suatu instansi. Menjelang tengah hari, Detty terlihat keluar dari kantor instansi yang dimaksud dengan muka cerah.

"Ayo kita pulang, Ki..." ajak Detty kepada Ricky yang menunggu di looby kantor.

Lalu dengan menggandeng tangan keponakannya itu, Detty dengan gembira melangkah menuju tempat parkir.

"Eh, kita kita makan siang dulu, Rik.. Tante lapar nih," kata Detty.
"Sama.. Ricky juga lapar nih. Makan dimana, tante?" kata Ricky.
"Dimana enaknya, ya..??" kata Detty sambil menatap Ricky.
"Ah, begini saja... sekalian capek, sekalian satu arah jalan pulang ke Bandung, kita ke Cipanas saja, Ki..." kata Detty.
"Memangnya tante mau mandi air panas?" kata Ricky sambil menghidupkan motornya.
"Tidak... tapi kan tempat makan disana lumayan bagus.. Bisa sambil istirahat," kata Detty sambil naik ke atas motor.

Merekapun segera pergi meninggalkan tempat itu menuju Cipanas Garut. Sesampai di Cipanas, mereka segera memesan makanan.

"Mm.. Lumayan enak, ya..." kata Detty sambil terus mengunyah makanannya.
"Iya tante..." kata Ricky.
"Juga saya suka tempat makan ini karena di depan kita ada kolam renangnya..." kata Ricky.
"Yee.. Nakal juga ya mata kamu liatin paha perempuan..." kata Detty sambil tersenyum. Ricky tertawa lebar.
"Ya lumayanlah.. Iseng-iseng berhadiah..." kata Ricky. Kini Detty yang tertawa lebar.
"Memangnya kamu lihat wanita yang berenang, suka lihat apa?" tanya Detty.

Ricky tersenyum, tak menjawab pertanyaan Detty.

"Jawab dong..." kata Detty sambil kakinya menendang pelan kaki Ricky.
"Ya lihat yang serba terbuka dong, tante..." kata Ricky cuek.
"Dasar nakal!" kata Detty sambil kembali menendang pelan kaki Ricky. Ricky tersenyum..
"Wanita dengan body seperti apa yang kamu suka, Ki?" tanya Detty.

Ricky tak menjawab, hanya menatap mata Detty sambil tetap mengunyah makanannya.

"Tidak usah malu dengan tante deh, Ki.. Bicara bebas saja dengan tante," kate Detty.
"Saya suka wanita dengan tubuh bagus seperti wanita itu tuh..." kata Ricky sambil menunjuk seorang wanita muda yang sedang berenang. Tubuhnya memang bagus dan mulus.
"Bagus amat selera kamu," kata Detty sambil tersenyum.
"Kalau dengan wanita yang sudah berumur, bagaimana?" kata Detty sambil menatap Ricky.
"Mm.. Saya tidak tahu," kata Ricky sambil tetap mengunyah makanannya.
"Saya belum pernah melihat tubuh wanita yang sudah berumur..." kata Ricky lagi cuek. Detty diam.
"Kalau menurut kamu, tante masih menarik tidak?" kata Detty serius.

Ricky diam sambil menatap Detty.

"Ayolah jawab jujur, Ki.. Biar tante tahu kekurangan tante apa..." kata Detty lagi.

Ricky tetap diam sambil menatap mata Detty.
"Tante sangat cantik.. Tubuh tante dari luar lumayan bagus..." kata Ricky serius. Detty terdiam.
"Maksud kamu dengan lumayan bagus apa?" tanya Detty lagi.
"Saya suka cara berpakaian tante. Modis. Itu sangat menarik," kata Ricky. Detty tersenyum.
"Kalau body tante?" tanya Detty lagi.
"Saya tidak tahu karena belum pernah lihat tubuh tante..." kata Ricky cuek.

Detty terdiam sambil lama menatap keponakannya itu..

"Kalau kamu sidah lihat body tante, kamu mau kan meberikan penilaian kamu dengan jujur?" tanya Detty.
"Ah, tante jangan bercanda.. Tidak mungkinlah..." kata Ricky sambil menghabiskan sisa makanannya di piring lalu minum. Detty tersenyum.
"Kita berendam air panas, yuk.. Sekalian mengistirahatkan badan..?" kata Detty mengagetkan perasaan Ricky.
"Ha! Tidak salah dengar nih? Masa sih kita berendam bersama? Malu dong..." kata Ricky sambil menatap Detty.
"Tidak usah malu dong, Ki.. Kita kan masih saudara. Lagian biar kamu bisa lihat body tante..." kata Detty ringan.
"Kamu nanti harus beritahu tante pendapat kamu tentang body tante..." kata Detty.
"Memangnya kita mau ngapain di dalam sana? Kan cuma berendam saja.. Yuk, ah..." kata Detty sambil bangkit lalu menarik tangan Ricky. Ricky serba salah. Tapi akhirnya Ricky menuruti kemauan Detty.

Sesampai di dalam ruangan berendam air panas, Detty tanpa ragu segera melepas seluruh pakaiannya sampai telanjang. Sementara Ricky hampir tak berkedip menatap tubuh telanjang Detty yang masih bagus walau sudah agak berumur.

"Ayo, Ki.. Buka pakaian kamu! Kita berendam bersama..." kata Detty.

Rickypun dengan malu-malu segera melepas pakaiannya.. Apalagi ketika tinggal celana dalam yang harus dibukanya. Ricky tampak malu.

"Yee.. Cepatlah buka dan masuk sini! Apakah harus tante yang bukain celana dalam kamu?" kata Detty sambil tersenyum.
"Sebentar dong..." kata Ricky sambil melepas celana dalamnya.

Ricky menutupi kontolnya yang masih sedikit ditumbuhi bulu dengan tangan, lalu masuk ke tempat berendam.

"Tidak usah malu begitu, Ki.. Biasa sajalah..." kata Detty sambil tersenyum.
"Iya tante..." kata Ricky sambil melepas tangannya yang menutupi kontol, lalu dia bersandar ke tepi kolam.
"Nah bagaimana body tante menurut kamu?" tanya Detty.
"Tubuh tante bagus..." kata Ricky pendek.
"Bagus kenapa?" tanya Detty lagi.
"Tubuh tante putih mulus.. Buah dada cukup besar.. Ramping..." kata Ricky sambil matanya turun melihat memek Detty yang ditumbuhi bulu yang tidak terlalu banyak.

Detty diam saja sambil menatap Ricky. Dibiarkannya mata keponakannya menjelajahi seluruh tubuh telanjangnya.

"Lalu apa lagi?" tanya Detty. Ricky tak menjawab.
"Saya menyukai tubuh tante.. Sexy.." kata Ricky. Detty tersenyum lebar.
"Kamu pernah memegang tubuh wanita?" tanya Detty.
"Belum.. Belum pernah..." kata Ricky sambil menatap Detty.

Detty kembali tersenyum sambil menghampiri Ricky. Hati Ricky jadi berdebar keras.. Tangan Detty lalu meraih tangan Ricky. Dibimbingnya tangan Ricky untuk menjamah buah dadanya.

"Ayo peganglah..." kata Detty.

Ricky dengan agak ragu memegang buah dada Detty. Dielusnya gundukan daging putih di dada Detty, lama-lama diremasnya buah dada Detty dengan pelan. Telunjuk Ricky mulai memainkan puting susu Detty. Detty tersenyum sambil merasakan desiran nikmat yang terasa di buah dadanya. Tak kuat menahan rasa yang ada, Detty lalu mencium bibir Ricky dengan hangat. Tangan Detty segera turun ke badan Ricky dan langsung memegang dan meremas kontol Ricky. Ricky seperti merasakan ada aliran setrum pada tubuhnya..

Tubuhnya bergetar sambil merasakan nikmatnya di remas kontol. Tanpa ragu lagi dibalasnya ciuman Detty dengan hangat pula. Tanga Ricky yang satu lagi mulai berani menyusuri tubuh Detty. Ketika mencapai pantat Detty, tangannya segera meremas pantat Detty yang bulat padat.. Kemudian segera tangannya berpindah ke depan.. Memek Detty diusap dan dielus. Jarinya segera menyusuri belahan memek Detty..

"Mmhh..." desah Detty sambil terus memagut bibir Ricky. Tak lama..
"Naik ke atas, Ki..." kata Detty.
"Duduk di pinggir kolam sini..." kata Detty lagi.

Ricky menurut. Segera dia naik ke pinggiran kolan, lalu duduk di pinggirannya. Detty langsung memegang kontol Ricky, lalu dikocoknya perlahan. Mata Ricky terpejam menahan nikmat. Tak lama mulut Detty segera melahap dan mengulum kontol Ricky sambil terus dikocok.

"Ohh.. Tantee.. Mmhh," desah Ricky sambil memegang kepala Detty.

Pinggul Rickky bergerak mengikuti hisapan dan jilatan Detty pada kontolnya. Setelah hampir beberapa belas menit Ricky diberi kenikmatan oleh mulut Detty.

Detty lalu berkata," Gantian, Ki.. Jilatin tante, ya.."

Ricky mengangguk dengan nafsu yang semakin besar. Detty segera keluar dari kolam lalu duduk di pinggi kolam. Kakinya dibuka lebar. Ricky lalu turun ke kolam, kemudian tak lama lidahnya sudah bermain di belahan memek Detty.

"Ohh.. Oohh.. Aahh..." desah Detty menahan nikmat. Pinggulnya sedikit bergoyang.
"Teruss, Kii..." desahnya lagi sambil matanya terpejam.
"Jilati ininya, Ki..." katqa Detty sambil jarinya mengusap kelentitnya. Lidah Ricky segera menjilati bagian itu.
"Ohh..." desah Detty agak keras.

Setelah beberapa menit..

"Ki, naik sini..." kata Detty sambil menelentangkan tubuhnya di lantai.

Kakinya mengangkang lebar. Ricky lalu keluar dari kolam., Kontolnya sudah sangat tegak dan keras.

"Cepat masukin sini, Ki.. Setubuhi tante..." kata Detty.

Ricky tanpa banyak cerita langsung mengangkangi tubuh Detty. Diarahkan kontolnya ke belahan memek Detty. Tangan Detty segera memegang dan menuntun kontol Ricky ke arah lubang memeknya.

"Tekan dan masukkan pelan-pelan, Ki..." bisik Detty.

Rickypun segera melakukan apa yang diminta Detty. Tak lama, bless.. Ricky merasakan suatu sensasi kenikmatan yang sangat luar biasa ketika kontolnya masuk ke memek Detty.

"Ohh..." desah Ricky.

Lalu dipompanya kontol keluar dan ke dalam memek Detty.

"Ohh.. Ohh..." keduanya mendesah bersamaan.
"Enak, Ki..?" bisik Detty.
"Enak sekali tante..." bisik Ricky sambil mengecup bibir Detty.

Setelah beberapa lama..

"Lutut saya sakit, tante..." kata Ricky sambil menghentikan gerakannya, sementara kontolnya masih menancap di dalam memek Detty.
"Kena lantai, ya?" kata Detty. Ricky mengangguk.
"Kita sambil berdiri saya, Ki..." kata Detty.

Ricky segera mencabut kontolnya lalu berdiri. Detty juga segera bangkit lalu bersender ke dinding ruangan.

"Masukan kontol kamu, Ki..." kata Detty sambil mengangkat salah satu kakinya agar kontol Ricky mudah masuk.

Rickypun segera memasukkan kontolnya. Setelah kontol Ricky masuk memeknya, Detty menurunkan kakinya lalau berdiri dengan agak berjinjit mengimbangi tinggi tubuh Ricky. Ricky langsung mengeluarmasukkan kontolnya ke memek Detty.

"Ohh.. Enak sekali, Kii..." desah Detty. Detty menggerakan pinggulnya mengimbangi gerakan kontol Ricky. Dengan saling berpelukan mereka terus bersetubuh, sampai akhirnya tubuh Ricky mengejang, gerakannya makin cepat.. Setelah itu kontol Ricky didesakan ke memek Detty semakin dalam. Lalu.. Crott! Croott! Croott! Air mani Ricky tumpah di dalam memek Detty. Tubuh Ricky bergetar keras menahan nikmat.

"Ohh.. Tantee.. Nikmaatt..." desah Ricky sambil memeluk Detty erat, sementara kontolnya masih menancap di memek Detty.

Setelah kembali berendam untuk membersihkan diri, lalu berpakaian, mereka segera pulang ke Bandung. Di sepanjang jalan pulang, Detty dengan erat memeluk tubuh Ricky sambil sesekali tangannya memegang dan meremas kontol Ricky.

"Kamu hebat, Ki..." kata Detty.
"Kapan kita bisa begituan lagi, tante?" tanya Ricky.
"Kapan saja..." kata Detty sambil tersenyum lalu memeluk tubuh Ricky erat di atas motor.

Begitulah, entah sudah berapa puluh kali Detty telah bersetubuh dengan Ricky. Baik di rumah, di motel, dimanapun tiap ada kesempatan. Sampai suatu saat.. Sebetulnya pihak keluarga sudah sering mendengar kabar dari orang kalau Detty sangat akrab dengan Ricky, bahkan terlalu akrab. Bahkan ada yang bilang banyak yang melihat mereka keluar dari motel. Tapi keluarga tetap diam karena tidak ada bukti. Pernah mereka berdua ditanya oleh keluarga mengenai berita yang keluarga dengar dari orang, tapi mereka berdua dengan keras membantah..

Dalam suatu kesempatan, di suatu motel di pusat kota Bandung, Detty dan Ricky sedang asyik memacu birahi.. Saling cium, saling jilat, saling raba, saling remas, saling hisap.. Kontol Ricky keluar masuk memek Detty memberikan sensasi kenikmatan buat keduanya. Desahan dan jeritan kecil tanda kenikamatan kerap keluar dari mulut kedua orang yang masih terikat saudara itu.

Tiba-tiba ditengah kenikmatan yang sedang mereka rasakan terdengar suara pintu motel diketuk. Lama-lama terdengar makin keras.. Lalu mereka berdua berpakaian. Ketika pintu dibuka.. Irwan, Marwan, dan Ismu berdiri di depan pintu dengan wajah sangat buas. Tanpa banyak bicara Ricky langsung dipukuli oleh Irwan sampai babak belur tanpa ampun. Demikian juga dengan Detty, Marwan menyiksanya dengan penuh amarah. Teriakan minta ampun keduanya sudah tidak dihiraukan lagi.. Sampai akhirnya.. Marwan menceraikan Detty. Sedangkan Ricky sejak kejadian itu meninggalkan rumah sampai sekarang..

*****

Untuk kakakku yang telah pergi, mudah-mudahan membaca cerita saya ini, pulanglah.. Kami telah memaafkan kamu..

READ MORE

Cerita sex | Aku Korban Nafsu Saudara Iparku

Posted by Info Hot On 0 komentar
Sejak Bapak meninggal tujuh tahun lalu dan Ibu meninggal enam tahun yang lalu, aku tinggal bersama kakak sulungku, Mbak Mira. Rumah orang tuaku di Madiun terpaksa dijual. Uangnya kami bagi bertiga, Mbak Mira, Mbak Mona, dan aku, Mila.

Rumah waris itu hanya laku Rp. 6,5 juta. Waktu itu aku masih duduk dibangku kelas tiga SMA. Masing-masing kebagian Rp. 2 juta, sisa Rp.500 ribu dimasukkan ke bank untuk memperbaiki makam kedua orang tua dan biaya keselamatan.

Ketika menerima uang waris Rp. 2 juta, aku sengaja menyimpan Rp. 1 juta sebagai deposito ke sebuah bank, sedangkan sisanya kubelikan sebuah TV. Sebab aku ingin punya TV sendiri dikamar tidurku.

Begitu lulus, aku pergi berduaan ke Sarangan bersama Anton, pacarku yang sekelas denganku. Ditempat rekreasi yang sejuk itulah aku memadu kasih dengan Anton. Entah bagaimana mulanya, setelah aku dicium dan diremas-remas payudaraku, aku seperti terhipnotis dan terbuai dengan segala rayuannya, sehingga aku menuruti saja ketika Anton mengajakku memasuki kamar hotel di Sarangan, aku tidak menolaknya.

Bahkan ketika di dalam kamar tidur, Anton mulai kembali dengan cumbuannya dan remasan-remasan hangatnya yang benar-benar membuatku tak berdaya dan diam saja saat Anton mulai melepas satu demi satu seluruh pakaian yang menempel ditubuhku, aku hanya bisa merasakan desah nafasku yang semakin tidak beraturan dan seluruh tubuhku benar-benar di luar kendaliku. Saat tangan Anton semakin bergerak leluasa ke bagian-bagian sensitif tubuhku, aku semakin pasrah dan menikmati seluruh kecupan hangat, remasan-remasan yang luar biasa nikmatnya, hingga akhirnya seluruh pertahananku jebol setelah penis Anton dengan cepatnya masuk dan merenggut keperawananku dengan sekali hentakan saja. Namun semuanya tak kupikirkan terlalu lama karena aku benar-benar sangat menikmatinya saat penis Anton mulai bergerak maju-mundur, turun-naik, sehingga membuat liang vaginaku mengeluarkan cairan kenikmatan yang terasa hangat saat tubuhku terhempas ke ranjang karena puncak orgasme yang kurasakan saat itu. Lemas, mataku berat, dan akhirnya aku tertidur di dalam pelukan dada Anton kekasihku itu.

Noktah merah yang seharusnya kupersembahkan buat suamiku, akhirnya keberikan lebih awal kepada Anton, pacarku sekaligus calon suamiku kelak. Aku ingat persis Anton kembali melakukan persetubuhan denganku hingga lebih dari tiga kali pada hari itu, aku benar-benar dibuat takluk dengan keperkasaan seksualnya.
"Tak udah memikirkan keperawanan. Jaman sudah maju, manusia tidak membutuhkan keperawanan, melainkan kesetiaan", kata Anton setelah berhasil mengambil keperawananku. Aku juga masih ingat persis ketika Anton memberiku uang Rp.10 ribu.
"Ini untuk beli jamu", katanya singkat. Hampir saja aku melempar uang itu ke wajahnya. Tetapi Anton keburu mencium pipiku, keningku dan tengkukku sehingga aku tidak bisa marah atas sikapnya tadi.

Benar dugaanku. Setelah peristiwa itu Anton tidak muncul-muncul. Hampir dua minggu aku menunggu, tak kelihatan juga batang hidungnya. Akhirnya aku memaksakan untuk datang ke rumahnya di jalan Borobudur. Betapa terkejutnya aku, ketika ibunya bilang Anton sudah berangkat ke Jakarta, untuk mengadu nasib di sana. Niat hati ingin menyampaikan masalah ini kepada ibunya bahwa aku dan Anton telah berbuat hal layaknya suami istri. Tetapi mulutku tidak bisa bersuara. Aku hanya menahan nafas dan mengehembuskannya dalam-dalam.

Saat paling membuatku berdebar-debar adalah saat aku tidak mengalami menstruasi. Aku kalut, Beberapa macam pil yang disebut orang-orang bisa untuk menggugurkan kandungan, kuminum. Tetapi, aku tetap terlambat datang bulan. Aku makin kalut. Apalagi aku harus hengkang dari rumah, karena rumah kami sudah laku dijual. Aku harus ke Surabaya, tidak ada jalan lain.

Bulan kedua aku lewati dengan mengurung diri di kamar di ruman Mbak Mira, kakak sulungku. D rumah ini tinggal juga suaminya, Mas Sancaka, dan anak tunggalnya Sarma, yang masih balita. Selain itu pula ada pula Mas Sudrajat, adik Mas Sancaka, yang hingga kini masih hidup membujang.

Sebulan dirumah Mbak Mira, aku sudah tidak bisa menyembunyikan diri lagi. Ketika Mbak Mira tidur aku mengutarakan permasalahanku ini kepada Mas Sancaka, dan berharap dia bisa memeberikan jalan keluar terbaik bagi diriku.
"Besok kamu ikut aku. Kita harus menggugurkan anak haram itu", kata Mas Sancaka, "Dan Mbak Mira tidak perlu tahu musibah ini", tambahnya. "Kamu masih punya uang simpanan?", katanya.
"Satu juta", jawabku singkat.
"Besok pagi kita ambil, kekurangan uangnya biar aku yang tanggung", kata Mas Sancaka.

Keesokan pagi harinya aku dibawa ke dokter yang ada dikawasan lokalisasi di Surabaya. Di tempat yang tidak terlalu luas itu, kandunganku digugurkan. "Biayanya Rp. 1,6 juta, itu belum termasuk biaya kamar, biaya perawatan, dan obat-obatan. Siapkan saja uang sekitar Rp. 2 juta", kata dokter yang merawatku kepada Mas Sancaka.

Aku memandangi Mas Sancaka untuk meminta reaksi atas ucapannya tadi malam. "Ya, Dok. Ini kami membawa uang Rp. 1 juta, nanti saya akan ambil uang di ATM untuk melengkapi seluruh biayanya", kata Mas Sancaka kepada dokter yang akan menggugurkan kandunganku, sembari melirikku. Lega rasanya aku dibantu kakak iparku. Dibenakku aku punya harapan untuk kuliah kembali, agar jadi 'orang'. Uang Rp. 1 juta kuserahkan, dan dalam waktu sepuluh menit aku sudah tidak sadarkan diri. Ketika aku bangun, aku telah berada di ruangan yang sama sekali tidak aku kenal. Ada seorang perawat disini. "Jangan banyak bergerak dahulu ya jeng", kata perawat itu yang kira-kira berusia 40 tahun. dia kemudian menyeka keringatku dan meneyelimuti tubuhku dengan baju putih.

Tak lama kemudian Mas Sancaka datang dan membawa buah-buahan untukku. Aku tersenyum kepadanya. Diapun membalas senyumku. Diusapnya rambutku, dan diciumnya keningku.
"Sus, meski kami menggugurkan kandungannya, tetapi kami ingin tetap menikah. Kami hanya merasa belum siap saja. Saya ingin Mila menjadi istri kedua", kata Mas Sancaka kepada perawat itu, tanpa meminta persetujuanku kalau aku pura-pura jadi WIL-nya.
Sehari kemudian aku pulang. Tetapi aku tidak diijinkan untuk pulang ke rumah Mbak Mira oleh Mas Sancaka, Aku justru dibawanya kesebuah hotel. "Kenapa disini, Mas?" tanyaku.
"Kamu masih kelihatan pucat. Jangan pulang dulu, kamu tidur disini sekitar 3 sampai 4 hari dulu, nanti baru pulang. Lagian Mas Sancaka sudah bilang ke Mbak Mira, bahwa kamu balik sementara ke Bandung untuk keperluan menjenguk saudara", katanya. Aku mengikuti saja sarannya tersebut.

Hari-hari pertama Mas Sancaka bersikap sopan kepadaku, Dia tampak mengasihiku. Tetapi, pada hari kedua, Mas Sancaka mulai berubah, setelah berbaringan di sebelah tubuhku, Mas Sancaka secara mengejutkan memintaku untuk memegang 'senjatanya'.
"Aku nggak kuat, Mila. Tolong kamu pegang-pegang penisku sampai 'keluar', agar kepalaku tidak pusing. Mbakyumu sedang mestruasi. Jadi aku tidak melakukan hubungan badan selama dua hari ini, biasanya kami melakukannya setiap hari", begitu kata Mas Sancaka beralasan kepadaku.

Ingin rasanya aku menolak, tetapi bagaimana lagi? Mas Sancaka telah begitu berbaik hati kepadaku. Kupikir tidak ada salahnya aku melakukannya sekali ini untuk membalas kebaikan-kebaikan Mas Sancaku kepadaku selama ini, khususnya saat-saat seperti ini. Dengan malu-malu aku melakukan apa yang dimintanya, Kulihat penis Mas Sancaka masih tertidur, panjangnya lumayanlah, aku mulai mengusap-usap batang penis Mas Sancaka secara lembut. Sedikit demi sedikit aku mulai melihat reaksinya, Penis Mas Sancaka sedikit demi sedikit mulai mengembang dan membesar, tanganku merasakan penisnya yang bergerak-gerak hingga akhirnya tidak bisa bergerak lagi, karena seluruh batang penisnya telah tegang dengan sangat kerasnya.

Mas Sancaka kulihat memejamkan matanya menikmati permainan ini, aku semakin berani untuk memain-mainkan penisnya, kuusap, kugosok-gosok dengan jariku dan terakhir aku mulai mengocok-ngocok penis Mas Sancaka secara turun naik, kulihat tubuh Mas Sancaka kadang-kadang menggeliat merasakan kenikamatan ini, sampai akhirnya tiba-tiba tubuh Mas Sancaka tiba-tiba mengejang, penisnya terasa panas sekali, kulihat kepala penisnya kini berubah warnanya menjadi sangat merah sekali dan berdenyut-denyut.

Tiba-tiba Mas Sancaka memejamkan matanya sangat erat, bibirnya seperti menggigit menahan sesuatu yang amat luar biasa, tidak lebih dalam hitungan dua detik, tiba-tiba aku melihat cairan kental menyemprot deras keluar dari batang penisnya Mas Sancaka, cairan spermanya muncrat banyak sekali seiring dengan itu tubuhnya berkelejat-kelejat sampai pada akhirnya spermanya habis, tubuhnya jatuh lunglai dan kulihat wajah Mas Sancaka tersenyum puas. Perlahan-lahan aku membersihkan tubuh Mas Sancaka yang belepotan spermanya, kubersihkan dengan perlahan-lahan sambil memijat-mijat tubuh Mas Sancaka, hingga akhirnya Mas Sancaka tertidur di ranjangku.

Di hari kedua aku benar-benar tidak mampu menolak permintaannya, saat aku sedang mandi tiba-tiba pintu kamar mandiku diketok oleh Mas Sancaka, ketika kubukakan, tiba-tiba Mas Sancaka menerkamku dengan buasnya. "Kalau kamu tidak melayaniku, maka kasus pengguguran ini akan kuberitahukan kepada Mbak Mira", ancamnya.
Maka, aku tidak mampu menolak keinginannya ini, Semalaman itu aku harus melayani Mas Sancaka ronde demi ronde. Sejak saat itu aku semakin tidak punya keberanian untuk menolak keinginan Mas Sancaka untuk mencicipi kehangatan tubuhku yang masih sintal, dan rapatnya liang vaginaku, karena aku memang belum pernah melahirkan. Perbuatannya ini tidak hanya dilakukan di hotel saja, tetapi sudah mulai berani dilakukan di rumah Mbak Mira, Hampir Setiap tengah malam menjelang pukul 3 pagi, Mas Sancaka selalu mengendap-endap menuju kamarku dan mengetuk kamar tidurku untuk meminta jatahnya, karena aku takut suatu waktu akan ketahuan akibat Mas Sancaka mengetuk pintuku maka aku setiap tidur tidak pernah mengunci kamar tidurku.

Yang membuatku semakin tertekan adalah tiba-tiba pada suatu hari tubuhku serasa terindih sesuatu, ketika aku membuka mataku alangkah kagetnya aku, karena yang menindih tubuhku adalah Mas Sudrajat, adik Mas Sancaka, aku ingin berteriak, tetapi Mas Sudrajat menutup mulutku sambil mengancamku. "Awas, kamu tidak perlu berteriak, Jika tidak saya akan melaporkan perselingkuhan kamu dengan Mas Sancaka kepada Mbak Mira. Aku telah mengetahui kejadian ini sejak minggu lalu, lalu apa salahnya jika kamu melakukannya kepadaku juga", ancamnya.
Sejak saat itu aku menilai Mas Sudrajat sama bejatnya dengan Mas Sancaka. Hingga mulai saat itu hampir setiap hari aku melayani dua pria. Antara pukul 12 malam sampai denga pukul 1.30 pagi aku melayani Mas Sudrajat, dan Antara pukul 3 pagi sampai dengan pukup 4 pagi aku harus kembali bergumul dengan Mas Sancaka. Tubuhku benar-benar sebagai pelampiasan nafsu kedua saudara-saudara iparku.

Bahkan menurutku Mas Sudrajat adalah orang paling bejat didunia ini, ia bahkan menceritakan perselingkuhan kami kepada Mas Suwono yang tinggal di jakarta. Ketika suatu saat Mas Suwono menginap di rumah Mbak Mira berkaitan dengan tugas kantornya. Dia tidak tidak sungkan-sungkan masuk kekamar tidurku malam hari bersama dengan Mas Sudrajat untuk kembali merasakan kehangatan tubuhku, malah pernah suatu kali ketiganya tiba-tiba berkumpul di kamarku dan benar-benar menguras seluruh tenagaku, hingga aku pernah pingsan menahan kenikmatan yang datang bertubi-tubi tanpa hentinya dari ketiga saudara iparku yang menggilir aku secara bergantian. Hingga akhirnya puncak dari seluruh kenikmatan tersebut adalah kelelahan yang luar biasa, aku knock out alias KO!

Lebih celaka lagi ketika suatu saat Mbak Mira pada siang hari datang ke kamarku dan menemukan celana dalam suaminya ada di kamarku. Aku sangat yakin Mbak Mira mengetahui kalu suaminya sering masuk ke kamarku. Mbak Mira hanya diam saja. Dia hanya melemparkan celana dalam suaminya itu kewajahku. Dan, sejak itulah Mbak Mira jarang mengajakku bicara. Ketika kuceritakan kejadian ini kepada Mas Sancaka, Diluar dugaan di berkata, "Mila, Mbak Mira sudah tidak kuat lagi melayani nafsuku, pernah kusampaikan aku punya pacar seorang janda muda, dia diam-diam saja", kata Mas Sancaka.

Aku tercenung. Napasku terasa berhenti di tenggorokan. Kasihan Mbak Mira. Tetapi siapa yang menaruh rasa belas kasihan kepadaku? Aku telah melayani nafsu biadab ketiga saudara iparku. Ingin rasanya aku lari minggat dari rumah Mbak Mira, Tetapi kemana aku harus menetap? aku tidak ingin menjadi seorang Wanita Tuna Susila, dan aku sudah tidak memiliki uang pula untuk menyambung hidup jika aku minggat.
Sampai akhirnya sedikit demi sedikit keberanianku benar-benar hilang sama-sekali, dan hingga sampai ini aku masih harus tetap melayani nafsu binatang ketiga lelaki iparku.

TAMAT
READ MORE

Cerita sex | Adikku Kekasihku

Posted by Info Hot On 0 komentar
Namaku Ani, mahasiswi tingkat tiga di sebuah perguruan tinggi negeri di Bandung. Aku dan saudaraku empat bersaudara, aku anak nomor tiga. Kakakku yang paling besar, Mbak Ine sudah menikah dan tinggal bersama suaminya di Jakarta. Kakakku nomor dua, Mas Doni bekerja di Batam, dan adikku Toni yang paling bungsu masih kelas satu SMU negeri di Bandung.

Pertama kali aku melakukan hubungan seks dengan kakakku nomor dua saat aku masih kelas dua SMU. Saat itu kakakku sedang cuti dan pulang ke Bandung, aku sangat senang sekali. Kami bertiga pergi ke Cipanas dan kami menyewa sebuah pondokan di sana. Malam harinya saat aku sedang tertidur lelap di kamarku, aku merasa ada sesuatu di kemaluanku. Mula-mula rasanya enak sekali seperti ada yang membelai dan menghisapnya, tetapi tiba-tiba rasanya sangat sakit seperti ada yang menekan dan berusaha masuk, dan kurasakan juga seperti ada yang sedang menindihku.

Saat aku membuka mataku, aku melihat kakakku sedang menindihku dan berusaha memasukkan batang kemaluannya, aku mencoba berontak tapi tenagaku kalah kuat.
"Mas Doni jangan, aduh sakit Mas.., sakit..!"
"Ah diem aja dan jangan coba teriak..!" kata kakakku.
Malam itu kegadisanku diambil oleh kakakku sendiri. Tidak ada rasa nikmat seperti yang kubaca di buku, melainkan rasanya sakit sekali. Aku hanya bisa pasrah dan menahan sakit di bagian liang kewanitaanku saat kakakku bergerak di atas tubuhku. Gerakannya kasar seperti ingin mencabik-cabik tubuhku. Aku hanya bisa menangis tersedu-sedu. Saat kulihat tubuh kakakku mengejang dan kurasakan ada sesuatu yang hangat menyemprot ke dalam liang senggamaku, semakin hancurlah perasaan hatiku.

Pagi harinya aku hanya terdiam di kamar, karena tubuhku rasanya lemas dan sakit. Saat kakakku mengajakku pergi, aku hanya memalingkan wajahku dan menangis. Sore harinya kakakku masuk ke kamarku, dia minta maaf atas kejadian semalam dan berusaha untuk memperbaikinya, tapi aku hanya diam saja. Malam harinya kakakku datang lagi ke kamarku. Aku sangat ketakutan, tapi dia hanya tersenyum dan mencoba mencium bibirku, aku kembali berontak. Aku memaki-maki kakakku, tapi dia tidak peduli dan kembali mencium bibirku sambil meremas payudaraku, lama-lama aku menjadi terangsang karenanya. Dan malam itu kembali aku dan kakakku melakukannya, tapi lain dari malam yang kemarin, malam ini aku merasakan kenikmatan yang luar biasa dan kami melakukannya dua sampai kali.

Sebelum kakakku kembali bekerja di Batam, saat mengantar kakakku di Bandara, aku meminta hadiah perpisahan darinya.
Di kamar mandi Bandara kami melakukannya lagi, "Ah Mas Doni.., terus Mas.. akh.."
"Akh Ani, kamu cantik sekali, akh.. Ani, Mas Doni mau keluar, akh..!"
"Ani juga Mas.., akh.. Mas, Ani keluar Mas.., akhh..!"
Mas Doni memelukku erat-erat, begitu juga diriku. Setelah beberapa saat kami berciuman dan kembali lagi ke ruang tunggu dengan alasan habis dari kantin beli makanan. Aku hanya bisa menangis saat Mas Doni pergi, tapi aku juga sangat bahagia dengan hadiah yang diberikannya.

Sejak saat itu aku seperti ketagihan dengan seks, dan untuk melampiaskannya aku hanya dapat melakukan masturbasi di kamar mandi. Aku sudah punya pacar dan kami melakukannya sampai sekarang, tapi aku jarang merasakan kenikmatan seperti yang kudapatkan dari kakakku. Dan saat adikku mulai beranjak dewasa, aku melihat sosok kakakku, tapi adikku lebih tampan dan gagah bila dibandingkan dengan kakakku. Aku sering merasa terangsang, tapi hanya bisa kutahan dan lagi-lagi hanya bisa kulampiaskan dengan jalan masturbasi. Entah berapa lama aku bisa menahan keinginan untuk melakukannya dengan adikku.

Sampai suatu hari, saat orang tuaku sedang tidak ada di rumah, adikku baru pulang sekolah dan aku menyiapkan makan siang untuknya. Karena hari itu terasa panas, aku hanya menggunakan celana pendek dan t-shirt tanpa memakai BH. Saat adikku kusuruh makan, Toni menolak karena sudah makan di luar bersama teman-temannya, dan akhirnya aku makan sendiri, sedangkan adikku asyik berenang. Selesai makan aku buatkan jus jeruk dan kuantarkan ke kolam renang. Sambil meminum jus jeruk, aku melihat adikku berenang. Saat Toni keluar dari kolam renang dan duduk di sebelahku sambil meminum jus jeruk dan berjemur, jantungku berdetak semakin cepat dan aku sangat tidak tahan untuk memeluknya.

Tidak kusangka adikku yang dulunya polos, sekarang sudah berubah menjadi seorang cowok yang gagah dan tampan terlebih lagi hobinya adalah berenang. Dadanya terlihat bidang dengan bentuk yang menggairahkan, tubuhnya atletis dan bisa kutebak kalau batangnya juga lumayan besar. Aku hanya dapat memandangnya, wajahnya ditutupi oleh handuk kecil yang digunakannya untuk mengeringkan tubuhnya. Aku sudah tidak tahan lagi dan aku tidak peduli apa yang akan terjadi. Aku membelai dada adikku dan Toni hanya menggelinjang kegelian.

"Mbak Ani.., apaan sih..? Geli tau..! Kurang kerjaan, mendingan bikinin aku roti bakar.."
Aku sedikit terkejut dan kucubit perutnya, Toni hanya tertawa.
"Emang aku pembantumu, enak aja." kataku agak jengkel.
Aku sudah benar-benar tidak tahan, tanpa pikir panjang lagi kutindih tubuh adikku dan kulempar handuk dari wajahnya.
"Mbak Ani mau ngapain sih..?" tanyanya.
Tanpa sepatah kata pun langsung kucium mulutnya dan kuremas-remas dadanya yang bidang itu. Adikku sangat terkejut dengan apa yang kulakukan dan mendorong tubuhku. Aku tidak peduli, kucium lagi bibirnya dan kali ini adikku tidak bereaksi apa-apa dan mencoba untuk menikmatinya. Aku tahu kalau Toni mulai terangsang, karena kurasakan diantara kedua pahanya ada sesuatu yang bertambah besar.

Kuciumi terus bibir dan lehernya, adikku sedikit kewalahan tapi Toni selalu mencoba membalas ciumanku walau terasa agak kaku.
"Baru pertama dicium cewek ya..?" tanyaku.
"Ah Mbak banyak omong, terusin aja Mbak..!" katanya tidak sabar lagi.
Mendengar ucapannya aku jadi semakin bersemangat, langsung kubuka kaosku, dan adikku hanya bisa melotot melihat payudaraku yang cukup besar.
"Wah susu Mbak bagus sekali, baru kali ini Toni melihat susu cewek." katanya.
Kusuruh Toni memegang dan meremasnya, "Aduh jangan keras-keras, sakit.. Coba sekarang kamu isep susu Mbak.."
Lalu kusodorkan payudaraku ke mulutnya, Toni mengulum dan menghisap puting payudaraku, "Akh enak sekali Ton, sshs.. akhh terus Ton.., enak sekali.."

Kusuruh Toni berhenti, lalu kuciumi lagi bibir dan lehernya, kemudian kuturun ke dadanya dan kuciumi serta kugigit pelan putingnya, Toni hanya bisa mendesah lirih, "Akh.. enak Mbak, akhh.."
Dengan tergesa aku turun kebawah, kulihat batang kejantanannya yang gagah sudah sedikit tercetak dan memperlihatkan kepalanya di celana renang adikku. Dengan penuh nafsu langsung kutarik celana renang adikku sampai ke lututnya.
"Wah.., Ton punya kamu Oke juga nih, lebih bagus dari punya Mas Doni.."
Adikku hanya tersenyum dan sepertinya tidak sabar dengan apa yang akan kulakukan. Aku pun lalu membuka celanaku dan sekarang aku telanjang. Toni bangun dari kursi dan duduk, lalu Toni meraba bibir kemaluanku, kemudian kusuruh Toni menjilati bibir kemaluanku. Toni kelihatannya kaget tapi langsung kutarik kepalanya ke arah kemaluanku, dan Toni mulai menjilati permukaan lubang senggamaku.
"Akh.., Ton enak sekali terus akh.. yaa disitu Ton, enak.., akhh.. terus Ton terus akkhh.." desahku.
Aku menggelinjang keenakan dibuatnya, rasanya enak sekali dan aku sangat suka jika ada yang menjilati kemaluanku. Aku sudah tidak tahan, kudorong tubuh adikku ke kursi lagi, kemudian kupegang batang kejantanannya dan kuarahkan ke liang senggamaku. Toni kelihatannya sedikit tegang saat kepala kejantanannya menyentuh permukaan bibir kemaluanku. Toni menahan nafas dan mengerang saat aku menekan tubuhku ke bawah, dan batang kejantanannya masuk seluruhnya ke liang kewanitaanku.
"Akh.. Mbak.. enak sekali.. hangat.. yeah.. ayo Mbak terusin..!"

Aku lalu bergerak, menggoyangkan pantatku ke atas dan ke bawah, dan kadang kuputar-putar, tangan adikku kusuruh meremas-remas payudaraku dan Toni sangat bernafsu sekali. Aku bergerak semakin lama semaki cepat, tanganku memegang paha adikku untuk tumpuan. Beberapa saat kemudian, nafas adikku mulau memburu dan gerakannya mulai tidak karuan, kadang memegang pantatku, kadang meremas payudaraku, dan aku tahu kalau Toni sudah hampir sampai dan berusaha menahannya.

"Akh.. Mbak.., aduh.. Toni mau keluar Mbak..!"
"Tahan Ton.., Mbak sebentar lagi akhh..!"
Semakin kupercepat gerakanku, aku mulai liar. Kuremas dadanya dan saat kurasa kenikmatan itu, aku menekan tubuh adikku, dan tubuhku menjadi tegang sambil kuremas paha adikku.
"Toni nggak tahan lagi Mbak.. akh.. Mbak, Toni keluar Mbak akhh..!"
Pantatnya terangkat ke atas seperti ingin menusuk kewanitaanku dan kurasakan semprotannya yang cukup keras beberapa kali di dalam rahimku. Begitu juga denganku, otot kemaluanku menekan batangnya dan kurasakan liangku semakin basah, baik oleh cairanku ditambah mani adikku yang menyemprot sangat banyak di lubang senggamaku.

Tubuh kami basah oleh keringat, dan kemudian kupeluk tubuh adikku menikmati sisa-sisa kenikmatan tadi. Nafas adikku mulai teratur dan kurasakan batang kemaluannya mulai mengecil di liang kewanitaanku, namun pantatku masih tetap bergoyang di atas tubuhnya.
"Mbak, enak sekali.., makasih ya Mbak, baru pertama kali ini Toni merasakan nikmatnya tubuh perempuan dan nikmatnya melakukan hubungan badan."
"Mbak yang harusnya makasih sama kamu, ternyata adik Mbak cukup hebat walau baru pertama kali, tapi Mbak sangat puas sekali dan Mbak pengen sekali lagi, bolehkan Ton..?"
"Wah.., Toni juga mau Mbak..!"

Kucabut batang kejantanannya dari lubang kewanitaanku dan kembali kurasakan orgasme saat mencabutnya. Batang kemaluan adikku sudah mengecil sekarang, tapi tetap telihat gagah. Toni lalu duduk di pinggir kursi dan aku kemudian menjilati batang kejantanannya, Toni kembali mendesah, "Ssshh.., enak Mbak..!"
Tangannya membelai rambutku dan kadang meremas payudaraku. Aku kembali terangsang dan batang kemaluan Toni dengan cepatnya kembali tegak dan kokoh. Aku lalu lari dan menceburkan diriku di kolam renang, Toni menyusul setelah membuka celana renang yang masih tertinggal di lututnya. Di kolam kembali kami berciuman, tapi sekarang Toni kubiarkan lebih agresif. Sambil duduk di tangga kolam, diciuminya bibir dan leherku, kemudian dihisapnya puting payudaraku.

Kemudian kurasakan Toni berusaha memasukkan batang keperkasaannya, tapi selalu meleset. Aku hanya tertawa kecil, lalu kubantu dia. Kupegang batangnya dan kuarahkan ke kemaluanku. Toni hanya tertawa kecil dan kemudian dia menekan rudalnya ke sarangku. Toni lalu menggerakkan pantatnya dan memompa senjatannya keluar masuk liang surgaku, nafasnya juga mulai memburu. Aku menikmati tekanan yang diberikan Toni dan rasanya nikmat sekali.
"Akh.., enak sekali Ton, yang keras Ton..! Akh..!"
"Akhh Mbak.., kita pindah di kursi ya..? Di sini nggak enak."
Toni lalu mengangkat tubuhku, kulingkarkan kakiku di pinggangnya sehingga aku masih bisa bergerak walaupun Toni berdiri dan berjalan ke arah kursi tempat kami tadi.

Di baringkannya tubuhku, lalu Toni mulai memompa batang kejantanannya lagi, semakin lama semaki cepat. Aku mengimbangi gerakakn Toni dengan mengerakkan pantatku ke kiri dan ke kanan, kadang kuremas-remas pantat adikku yang kenyal. Nafas Toni mulai tidak teratur.
"Lebih cepat Ton.. akh..!"
"Mbak.., Toni mau keluar Mbak, akh..!"
Gerakan Toni semakin cepat, dan saat kulihat tubuh Toni mulai mengejang, kulingkarkan kakiku di pinggangnya. Toni menekan dan memasukan batang kemaluannya lebih dalam lagi.
"Akh.., Mbak, Toni keluar Mbak, akhh.., Mbak.. ngeakhh.."

Tubuhnya lalu rubuh di atas tubuhku. Tanpa mengeluarkan burungnya, kusuruh Toni berbalik dan aku mulai menggerakkan pantatku di atas tubuhnya. Batang kemaluan Toni memang mengecil, tapi lama-lama mulai mengembang lagi. Aku bergerak tidak karuan di atas tubuhnya, sampai beberapa saat kemudian aku orgasme, kupeluk erat-erat tubuh Toni. Setelah agak tenang, karena aku tahu kalau Toni belum keluar, kemudian aku turun dan mengulum batang keperkasaannya. Toni menggerakkan pantatnya ke kiri dan ke kanan dan kadang menusuk ke dalam mulutku. Selang beberapa waktu kemudian, batang kemaluannya seperti mengembang di dalam mulutku.
"Akh.., Toni keluar Mbak.. akhh..!"
Maninya menyembur di dalam mulutku dan kutelan semuanya, kemudian kami berpelukan dan berciuman. Tanpa sadar kami tertidur di kursi, kepalaku kurebahkan di dadanya dan tubuhku di atas tubuhnya.

Sore hari kami dikejutkan oleh suara klakson mobil dan kami buru-buru bangun. Aku memakai bajuku yang berserakan di pingir kolam dan Toni buru-buru mengambil celana renangnya dan berlari ke kamarnya. Saat makan malam, kakiku mengeranyangi kakinya dan jari kakiku menekan batangnya yang mulai mengembang. Kedua orang tuaku sedikit keheranan dengan kelakuan kami, tapi mereka tidak pernah tahu dengan apa yang telah terjadi di antara kami. Malamnya seusai makan malam aku langsung masuk kamar, begitu juga Toni. Tengah malam aku terbangun karena Toni menciumi bibirku dan malam itu kami melakukannya lagi.

Sejak saat itu, secara sembunyi-sembunyi kami melakukannya, bahkan setelah aku menikah dengan pacarku, kami pun masih sering melakukannya, terutama saat suamiku sedang dinas keluar kota. Rahasia ini sampai sekarang masih kami pegang dan bahkan cinta gelap kami ini membuahkan putra pertamaku yang sekarang sudah berusia 9 tahun.

Saat pernikahan Toni aku memberikan sebuah hadiah. Setelah malam pengantinnya, kami melakukannya di gudang belakang rumah saat semua orang sudah terlelap. Toni bilang walaupun istrinya sekarang masih gadis, tapi tidak ada yang menyaingi aku. Makanya suamiku sangat betah di rumah karena servisku yang sangat memuaskan, tanpa tahu kalau aku selingkuh dengan adik kandungku sendiri.

TAMAT

READ MORE

Cerita sex | Adik Sepupu Istriku

Posted by Info Hot On 0 komentar
Pertama kali aku mengenal dirinya, aku kagum dengan budi pekerti dan kesopanan bicaranya. Saat itu aku masih ingat, dia sudah duduk di bangku akhir SLTP dan usianya menginjak 15 tahun, namanya Eva, ya.. Eva, cantik sekali namanya secantik orangnya. Waktu itu aku sudah bertunangan dengan kakak sepupunya yang sekarang telah menjadi istri tercintaku dan dikaruniai seorang putra yang lucu.

Tiga tahun kemudian adik sepupu istriku Eva datang ke rumahku dan memintaku untuk membantu mencarikan PTS di kotaku. Aku dan istriku jadi repot dibuatnya karena harus mengantarkan dia untuk daftar, test dan cari kost. Selama membantu dia, aku mendapatkan pengalaman yang sangat menarik dan membuatku bertanya-tanya dalam hati.

Selama aku membantunya mencarikan PTS di kotaku, dia sering mencuri pandang ke arahku dengan pandangan yang nakal, kemudian terseyum sambil memandang kejauhan. Hampir tanpa ekspresi, aku pun terdiam sampai dia berlalu. Aku terkejut bukan karena cara pandangannya kepadaku, tapi dia sendiri itu yang membuat jantungku berdetak lebih cepat. Aku kemudian berandai-andai, jika waktu berpihak kepadaku, jika keberuntungan mendukung, jika kesempatan mau sedikit saja berbaik hati. Mungkin juga aku yang terlalu berharap dibuatnya, sebenarnya batinku tidak setuju untuk menyebutnya begitu.

Sesungguhnya kita sering diganggu oleh ketidakpastian yang menghantui kotak pikiran, namun setelah kenyataan dihadapan mataku, maka baru sadar. Aku takut tidak dapat mengendalikan diriku lagi. Pada suatu hari dia datang ke rumahku, karena ada hari libur besoknya, dia mau menginap di rumahku. Hatiku jadi gelisah, aku ingin melakukan sesuatu, mengalirkan magma yang meledak-ledak dalam diriku. Tapi batin dan nuraniku melarangnya, tidak sepantasnya itu terjadi padaku dan sepupuku.

"Kak, tolong aku dong!" Pandangannya menusuk, menembus dadaku hingga jantungku, serasa ingin meloncat.
"Jika Kakak tak keberatan, Eva minta diajarin naik motor bebek", matanya mengerling ke arahku serasa terseyum manis.

Belum pernah aku menerima tawaran seperti ini dari wanita. Kau telah menyentuh sisi paling rawan dalam hatiku. Aku mengangguk sambil tetap mencengkram wajahnya dengan tatapanku, sayang untuk dilepaskan. Wajahnya lembut, tenang dan dewasa, kalau saja tubuhnya setinggi minimal 175 cm, pastilah sudah menjadi bintang film sejak lama. Rambutnya sebahu, kulitnya kuning langsat, Pokoknya mantap!

"Mengapa memilih Kakak? Mengapa tidak kepada pacarmu atau temanmu yang lain?" tanyaku.
"Saya telah memilih Kakak", katanya manja. Aku mulai menggodanya..
"Memilih Kakak?" Dia mengangguk lugu, tetapi semakin mempesona.
"Kalau begitu, jangan protes apa-apa, kamu Kakak terima menjadi murid, sederhana bukan?" kataku.
"Kakak akan menyesal jika melewatkan kesempatan ini, sebab Kakak ingin tercatat dalam hati sanubari Eva yang paling dalam sebagai orang paling berjasa menumbuhkan dan menyemaikan bakat naik motor kepada Eva gadis yang manis, kandidat peraih Putri Indonesia." Tawanya meledak, matanya menyepit, bibirnya memerah. Pipinya juga, duhh..!
"Kapan Kak belajarnya?" tanya dia.
"Sekarang", jawabku.

Kemudian kami pamit kepada istriku, dan aku mengeluarkan motor bebek, kuhidupkan mesinnya. Aku duduk di depan dan dia di belakangku, aku mencari daerah yang sepi lalu lintasnya. Setelah sampai di daerah yang lalu lintasnya kurasa sepi, aku menghentikan dan turun dari motor. Kemudian aku memberikan beberapa petunjuk yang diperlukan dan mempersilakan dia untuk duduk di depan dan aku di belakangnya. Beberapa menit kemudian motor mulai jalan pelan dan bergoyang-goyang hingga mau jatuh. Terpaksa aku membantu memegang stang motor, aku tidak sempat memperhatikan lekuk tubuhnya. Badannya sangat indah jauh lebih indah dari yang aku bayangkan. Lehernya yang putih, pundaknya, buah dadanya.. Akh..!

Setelah aku membantu memegang stang, motor dapat berjalan dengan stabil, aku mulai dapat membagi konsentrasi. Aku merasakan kehangatan tangannya, telapak tanganku menumpuk pada telapak tangannya. Kuusap tangannya, dia nggak bereaksi, mungkin karena lagi konsentrasi dengan jalan. Kemudian aku merapatkan dudukku ke depan sehingga kemaluanku merapat pada punggung bagian bawah. Hidungku kudekatkan ke belakang telinganya, tercium bau wangi pada rambutnya. Aku mulai terangsang, kemaluanku mulai tegak di balik celana dalam yang kupakai.

Karena dia sudah mulai dapat menguasai motor, sementara aku masih dapat mengontrol diriku dengan baik, kutawarkan untuk latihan sendiri dan aku menunggu di warung saja. Tapi dia nggak mau, dia ingin aku tetap duduk di belakangnya. Aku jadi khawatir sendiri, kalau begini terus akan berbahaya, imanku kuat tapi barangku nggak mau diajak kompromi.

Akhirnya timbul dalam pikiranku untuk sekedar berbuat iseng saja. Kemudian aku pura-pura menjelaskan soal lalu lintas, aku merapatkan badanku sampai kemaluanku menempel di bawah punggungnya. Eva pasti juga dapat merasakan kemaluanku yang tegak. Tapi dia cuma diam saja, kubisikan di telinganya..

"Eva, kamu cantik sekali!" kataku dengan suara bergetar.

Tetapi dia tetap tidak bereaksi, kemudian aku meletakkan kedua tanganku di kedua pahanya. Rupanya dia tetap tidak bereaksi, aku jadi semakin berani mengusap-usap pahanya yang terbuka, karena dia memakai celana pendek.

"Akh.. Kakak nakal! Entar dimarahi Kak Lina lho, kalau ketahuan!", katanya manja.
"Kalau Eva nggak cerita, ya.. Nggak ada yang tahu! Emang Eva mau cerita sama Kak Lina?" tanyaku.
"Ya.. Nggak sih", katanya.
"Kalau gitu kamu baik dech", kataku.

Karena mendapat lampu hijau aku semakin berani, kukatakan bahwa payudaranya sangat bagus bentuknya, lebih bagus dari punya kakaknya, Lina. Dia tampak senang.

"Kakak ingin sekali menyentuhnya, boleh nggak?" kataku meluncur dengan begitu saja.
"Akh.. Kakak nakal", katanya manja.

Aku semakin nekat saja, sebab dari jawabannya aku yakin dia nggak keberatan. Kemudian tanganku pelan-pelan mulai menyentuhnya dan kemudian memegang penuh dengan telapak tanganku. Wah, rasanya keras sekali, kucoba meremasnya dan dia sedikit terkejut. Aku tidak dapat memegang lama-lama sebab harus membagi konsentrasi dengan jalan. Yang jelas kemaluanku semakin berdenyut-denyut.

Aku tersentak waktu dia mengerem motor dengan mendadak untuk menghindari lubang. Tubuhku menekan tubuhnya hingga membuat kesadaranku pulih, akhirnya aku memutuskan untuk mengajaknya pulang. Aku sempat melihat kekecewaan di matanya. Tapi mau bagaimana lagi itu jalan terbaik, agar aku tidak sampai terjebak pada posisi yang sulit nantinya.

Besok paginya, waktu aku mau berangkat bekerja, istriku memintaku untuk mengantarkan Eva dulu ke tempat kostnya. Tentu saja aku bersedia, malah jantungku menjadi berdebar-debar. Nggak lama kemudian Eva mendekati kami.

"Kak, antarin Eva dulu dong? Eva ada kuliah pagi nich! Teman Eva nggak jadi menjemput", katanya.
"Ayo!" ajakku sambil masuk ke dalam mobil.
"Eva mau mandi dulu ya Kak!" katanya.
"Nggak usah, nanti keburu macet di jalan, mandinya nanti aja di kost.", jawabku.

Di dalam hatiku aku sudah berjanji bahwa aku harus dapat mengendalikan diri. Sehingga selama dalam perjalanan aku banyak diam. Akhirnya dia mulai membuka pembicaraan..

"Kak, kok diam aja sih? Marah ya? Anterin Eva pulang!" kata Eva.
"Kakak cuma lagi kurang enak badan saja", jawabku sekenanya.

Setelah sampai di depan rumah kostnya, dia minta aku untuk ikut masuk, mengambil mainan yang telah dibelikannya untuk anakku. Mulanya aku menolaknya, tapi karena dia mau buru-buru berangkat kuliah dan juga belum mandi, sedangkan kamarnya di lantai 3. Aku jadi kasihan kalau dia harus naik turun tangga hanya untuk mengambilkan mainan saja. Akhirnya aku mengikutinya dari belakang, aku sempat heran dan tanya kepada dia..

"Kok sepi sekali?"

Ternyata kata Eva semua sudah pada berangkat kuliah. Kemudian aku disuruh menunggu di kamarnya, sementara dia mandi. Setelah selesai mandi dia masuk ke kamar, wajahnya kelihatan segar.

"Lho kok nggak ganti pakaian?" tanyaku.
"Iya, tadi temanku kasih tahu kalau dosennya nggak masuk, jadi Eva nggak perlu buru-buru lagi." katanya. Sementara aku duduk di tempat tidurnya, dia mengambilkan mainan yang akan diberikan pada anakku.
"Ini Kak", katanya sambil duduk di sampingku.
"Wah bagus sekali. Terima kasih ya!" kataku.

Sewaktu aku mau berpamitan keluar, pandangan mataku beradu dengannya, hati ini kembali berdebar-debar, pandangan matanya benar-benar meluluh-lantakan hatiku dan menghancurkan imanku. Aku tidak jadi berdiri, kupegang tangannya. Kuusap dengan penuh perasaan, dia diam saja, kemudian kupegang pundaknya, kubelai rambutnya..

"Eva kamu cantik sekali", kataku dengan suara bergetar, tapi Eva diam saja dengan muka semakin menunduk. Kemudian aku meletakkan tanganku di pundaknya. Dan karena dia diam saja, aku jadi semakin berani, kucium di bagian belakang telinganya dengan lembut, rupanya dia mulai terangsang. Dengan pelan-pelan badan Eva aku bimbing, kuangkat agar berada dalam pangkuanku.

Sementara kemaluanku semakin menegang, usapan tanganku semakin turun ke arah payudaranya. Aku merasa nafas Eva sudah memburu seperti nafasku juga. Aku semakin nekat, tanganku kumasukan ke dalam kaosnya dari bawah. Pelan-pelan merayap naik ke atas mendekati panyudaranya, dan ketika tanganku sudah sampai ke pinggiran payudaranya yang masih tertutup dengan BH-nya, kuusap bagian bawahnya dengan penuh perasaan, dia menggelinjang dan menoleh ke arahku dengan mulut sedikit terbuka.

Aku jadi tidak tahan lagi, kutundukan muka kemudian mendekatkan bibirku ke bibirnya. Ketika bibir kita bersentuhan, aku merasakan sangat hangat, kenyal dan basah. Aku pun melumat bibirnya dengan perasaan sayang dan Eva membalas ciumanku, pelan-pelan lidahku mulai menjulur menjelajahi ke dalam mulutnya dan mengkait-kaitkan lidahnya, membuat nafas Eva semakin memburu.

Tanganku pun tidak tinggal diam, kusingkapkan BH-nya ke atas, sehingga aku dapat dengan leluasa memegang payudaranya. Aku belum melihat tapi aku sudah dapat membayangkan bentuknya, ukurannya tidak terlalu besar dan terlalu kecil, sehingga kalau dipegang rasanya pas dengan telapak tanganku. Payudaranya bulat dengan punting yang tegak bergetar seperti menantangku. Kuusap dan kuremas, Eva mulai merintih.

Kemudian Eva kurebahkan di kasur, kulepas kaosnya dan BH-nya sehingga tampak pemandangan yang sangat menakjubkan. Dua buah gundukan yang berdiri tegak menantang, kupandangi badannya yang setengah telanjang. Kemudian mulutku pelan-pelan kudekatkan ke buah dadanya, dan ketika mulutku menyentuh buah dadanya, Eva merintih lebih keras. Nafsuku semakin naik, kuciumi susunya dengan tidak sabar. Putingnya kukulum dengan lidahku, kuputar-putar di sekitar putingnya dan susunya yang sebelah kuremas dengan tanganku.

"Aduuhh.. Ahh.. Ah", Eva semakin mengerang-erang dan dengan gemas putingnya kugigit-gigit sedikit.

Badannya menggelinjang membuatku semakin bernafsu untuk terus mencumbunya. Sekarang tanganku mulai beroperasi di daerah bawah, kubuka celana pendeknya hingga sekarang hanya mengenakan celana dalam saja, rupanya celana dalamnya sudah basah. Akhirnya kulepas sekalian, sehingga tampak vaginanya yang masih kencang dan ditumbuhi rambut yang tidak banyak, membuat kemaluanku semakin tegang.

Kubersihkan vaginanya dengan bekas celana dalamnya. Kemudian kupandangi dan kuusap-usap dengan penuh perasaan, Eva tampak sangat menikmati sekali, dan saat jariku menyentuh klitorisnya, Eva menggelinjang dengan keras. Sementara klitorisnya masih kuusap-usap dengan jariku, Eva semakin menggeliat-liat. Pada saat itu aku ingin sekali mencium vaginanya, karena sudah terangsang sekali. Saat aku mau menunduk untuk mencium, kuangkat tanganku tapi pada saat itu dia langsung merapatkan kedua pahanya dan badannya tegang sekali dan tersentak-sentak selama beberapa saat.

"Aahhkk.. Oohh.. Kak, aahh!"

Akhirnya Eva diam beberapa saat, kudiamkan saja, sebab dia baru saja merasakan orgasme. Tubuhnya terkulai lemas, aku jadi kasihan sehingga senjataku juga ikut-ikutan turun. Dengan penuh rasa kasih sayang aku menghampirinya, duduk di pembaringan sejajar dengan buah dadanya dan menghadap ke arah wajahnya. Tubuhnya kututupi dengan selimut. Kubelai rambutnya dan kucium keningnya, rupanya dia terharu dengan perilakuku. Baru saja aku mau berdiri, tanganku diraihnya, kemudian aku duduk lagi, tahu-tahu tangannya sudah ada di atas pahaku.

"Kak, baru kali ini Eva merasakan sensasi yang sangat luar biasa nikmatnya, sebab yang namanya disentuh oleh laki-laki Eva belum pernah, apalagi pacaran. Jadi Kakak adalah orang yang pertama yang menyentuh Eva, tapi Eva senang kok Kak. Tadi Eva merasakan nikmatnya sampai tiga kali Kak, Eva sangat puas Kak!"

Dalam hatiku bertanya mengapa bisa sampai 3 kali, padahal aku kira cuma sekali. Pantas dia langsung KO. Mungkin karena dia tidak pernah dijamah laki-laki, jadi tubuhnya sangat sensitif sekali.

"Kok diam saja, Kak? Apa Kakak juga udah puas?" tanyanya.
"Eva nggak usah pikirin Kakak, yang penting kamu sudah dapat merasakan nikmatnya orang bercumbu yang seharusnya belum boleh kamu rasakan. Sekarang Kakak mau berangkat bekerja dulu, oke!" kataku.
"Kak gimana caranya biar Kakak juga bisa merasakan nikmat", katanya dengan lugu. Tangannya yang masih ada di atas pahaku tahu-tahu sudah melepas sabukku dan membuka celanaku.
"Biar Eva juga mau pegang punya Kakak seperti tadi Kakak pegang punya Eva, tadi waktu Kakak pegang memek Eva dan mengusap-usap, Eva mendapat kenikmatan luar biasa, berarti kalau punya Kakak Eva pegang dan diusap-usap pasti Kakak juga merasa nikmat", katanya sok tahu.

Sekarang celana dalamku sudah kelihatan dan Eva mulai memegang dan meremasnya dari luar. Kemaluanku jadi tegak dan menyembul keluar dari celana dalamku. Dia terkejut dan takjub, "Wuah besar sekali." Kalau sudah begini aku jadi lupa lagi dengan diriku, aku menurunkan celana dalamku agar dia dapat leluasa memainkannya. Kemaluanku yang sudah sangat tegak digenggamnya dengan telapak tangannya dan diremasnya.

"Akh.. Eva, enaakk", dia tambah bersemangat. Jari-jarinya mengusap-usap kepala kemaluanku.
"Eva, teruskan sayang.." kataku dengan ketegangan yang semakin menjadi-jadi. Aku merasa kemaluanku sudah keras sekali. Eva meremas dan mengurut kemaluanku semakin cepat.
"Eva!" seruku.
"Kakak akan terasa lebih nikmat kalau Eva mau menciumnya!"

Kemudian kupindahkan kepalanya di pahaku dan susunya menempel dipunggungku, aku ajari dia, mulanya kusuruh cium batang kemaluanku kemudian kusuruh jilati dengan lidahnya. Aku merasakan sesuatu yang lain yang tidak kualami jika dengan istriku, mungkin karena Eva masih gadis, lugu dan tubuhnya belum pernah dijamah sedikitpun oleh laki-laki.

Rupanya Eva juga menikmati dan mulai terangsang. Karena posisi kami kurang bebas, aku membimbing Eva bangun dari pembaring dan duduk di lantai sementara aku tetap duduk di pembaring, sehingga mukanya tepat di depan selangkanganku. Kini dengan leluasa dia dapat melihat kemaluanku yang semakin keras. Kemaluanku terus dipandangi tanpa berkedip, dan rupanya makin membuat nafsunya memuncak.

Mulutnya perlahan mulai didekatkan ke arah kemaluanku dan bibirnya mengecup kepala kemaluanku, tangannya memegang pangkal kemaluanku. Mulutnya mulai ditempelkan pada kepala kemaluanku dan lidahnya kusuruh menjilati ujungnya. Dan aku mulai menyuruhnya untuk dikulum di dalam mulutnya, mulutnya mulai dibuka agak lebar dan kemaluanku bagian ujungnya mulai dikulum, aku semakin keenakan.

"Eva.. ennaak! Terus sayang, masukan terus lebih dalam lagi, nah.. Begitu sayang."

Rambutnya kuusap-usap dan kepalanya pelan-pelan kutarik kemudian kudorong lagi ke arah kemaluanku. Rupanya dia tahu maksudku, kemudian dia maju mundurkan kemaluanku di dalam mulutnya. Aku merasa sudah nggak tahan, apalagi sewaktu Eva melakukannya semakin cepat. Ketika aku merasa spermaku mau keluar, pelan-pelan kutahan gerakan kepalanya, maksudku mau menarik kemaluanku keluar dari mulutnya. Tetapi dia malah melawan gerakanku, dengan memegang pangkal kemaluanku lebih kuat dan mempercepat gerakannya. Akhirnya aku tidak dapat menahan lebih lama lagi..

"Aahh, aahh, aahh..!"

Spermaku keluar di dalam mulutnya dengan rasa nikmat luar biasa dan badanku sampai tersentak-sentak. Kemudian kemaluanku kutarik dari mulutnya. Aku melihat di mulutnya belepotan dengan spermaku, kuangkat dia dan kududukkan di pahaku, tanganku yang sebelah kiri menopang kepalanya, sedangkan tanganku yang kanan membersihkan mulutnya.

"Kamu pintar sekali, Kakak mendapatkan kenikmatan yang luar biasa", kataku berbisik.
"Eva.. Juga Kak, sekarang Eva merasakan tulang-tulang Eva seperti lepas!" Kemudian kuangkat tubuhnya yang masih telanjang, kurebahkan di pembaringan. Aku sendiri merapikan pakaian dan langsung pamit pulang.

Setelah kejadian tersebut aku sangat merasa menyesal, tapi lagi-lagi sudah terlambat, tapi hatiku mengatakan tidak ada yang terlambat, lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali. Aku kembali berjanji dalam hatiku cukup sampai di sini.

READ MORE

Cerita seks dewasa | akibat nonton film biru

Posted by Info Hot On 0 komentar
Cerita Seks Dewasa – Saya punya pengalaman menarik bersama seorang ibu rumah tangga yang sepertinya baru pertama kali nonton blue film. Awalnya ketika saya sehabis pulang menyewa laser disk, saya disapa oleh dia, dan dia bertanya apa yang saya bawa. Saya jawab saya baru saja nyewa film dan dia bertanya pada saya mengenai film tersebut.

Saya jawab saja blue film. Dia pertamanya mencela saya nyewa kok film begituan, saya sama dia memang sudah akrab banget makanya saya berani bercandain dia, lalu saya ajak dia nonton. Tidak disangka dia mau, katanya sih dia belum pernah nonton film begituan. Saya mengira-ngira dia berumur 26 tahunan, masa sih belum pernah nonton film BF. Pendek cerita nih…, saya bersama dia sedang nonton blue film yang baru saya sewa.Selama nonton, kami hanya diam dan serius. Setelah beberapa saat, saya melepas kesepian dengan nanya dia, apakah selama kawin dengan suaminya dia pernah melakukan anal seks. Dia bilang tidak pernah meskipun dengan malu-malu. Saya bilang anal seks itu nikmat, masa belum mencobanya? dia bilang orang-orang Indonesia tidak biasa melakukan anal seks. Saya bilang ah tidak juga, saya bilang cewek-cewek yang pernah saya setubuhi pertama-tama saya ciumi dulu liang kewanitaannya, jelas saya tanpa aling-aling.

Dia kaget banget mendengar penjelasanku dan dia tidak percaya. Saya bilang sama dia apakah dia mau? kalau mau bisa saya laksanain sekarang. Saya hampiri dia, tanpa ragu saya langsung pegang pahanya dan saya berusaha membuka kedua pahanya. Dia meronta-ronta dan bilang sama saya jangan ahh… dia sekuat tenaga berusaha menutup pahanya. Saya duduk di depannya yang duduk di kursi sedang saya duduk di lantai.

Saya bilang tidak usah malu-malu, sambil tanganku masuk ke dalam roknya. Saya elus-elus pahanya yang mulus banget, tanganku masuk dalam banget ke dalam roknya. Saya berusaha menelusupkan tanganku di antara kedua belah pahanya, berhasil juga. Terus saya mencari belahan memeknya. Terasa oleh tanganku CD nilonnya, ternyata sudah basah.

Saya usap-usap belahan memeknya walaupun masih dibungkus CD. Saya lihat reaksinya, ternyata rapatan pahanya melonggar, saya terusin gosok-gosok belahan kemaluannya. Kadang-kadang dia malah merapatkan pahanya erat-erat tapi kadang-kadang melonggar. Lama juga sih, akhirnya saya buka pahanya lebar-lebar sehingga CD-nya kelihatan. Tangan saya masukin ke dalam CD nilonnya, liang kewanitaannya yang hangat saya elus-elus, saya sentuh clitorisnya. Kemudian ku tarik CD-nya hingga lepas, saya lihat belahan memeknya yang sangat indah berwarna coklat kemerah-merahan. Tanganku sedikit menekan terus menggosok-gosok liang kewanitaannya.

Jari tanganku menyibakkan bibir kemaluannya, saya lihat lubang kemaluannya. Saya jadi tidak tahan, maka kulumat liang kewanitaannya dengan lidah dan bibirku. Kepalaku tenggelam dalam selangkangannya. Saya sentuh-sentuh clitorisnya dengan lidahku. Terasa oleh lidahku liang kewanitaannya ternyata menghasilkan cairan yang rasanya nikmat sekali. Saya lihat mukanya sedang merem-melek merasakan liang kewanitaannya yang sedang di ‘makan’ saya.

Kemudian saya lepas celana dan CD-ku, penisku yang sudah sangat tegang ingin sekali masuk pada lubang kemaluannya. Saya kini mengatur posisi di depan dia, saya berdiri di atas lututku. Saya arahkan penisku tepat di lubang memeknya. Saya tekan dan sedikit demi sedikit melesak masuk ke dalamnya. Liang kewanitaannya masih terasa sempit sehingga pergerakan naik-turunku awalnya lambat tetapi sekitar lima menit kemudian ku percepat pergerakanku. tidak tahu kenapa, saya merasa sangat bernafsu menyetubuhinya, makanya saya terus percepat gerakanku.

Penisku rasanya bertambah besar, ku lihat ketika penisku masuk ke liang senggamanya kelihatan kempot ke dalam tapi kalau saya sedang menarik penisku keluar, maka kulihat liang kewanitaannya seakan-akan mau ikut keluar. Sekitar lima belas menit kemudian saya merasa mau keluar makanya saya terusin genjotanku. Saya tahu dia sudah beberapa kali keluar, tangannya ada di pantatku, sedangkan tanganku ada pada pinggulnya. Saya tidak tahan lagi, maka saya keluar di dalam. Sperma yang saya keluarkan banyak sekali, terbukti ketika saya cabut penisku dari dalam liang senggamanya mengalir spermaku bercampur lendir birahinya.

Dia hanya tersenyum saja, waktu ku tanya gimana rasanya. Dia berbisik mau lagi. Saya bilang kalau mau lagi lebih baik pindah ke kamarku. Dia mau dan saya setubuhi beberapa kali lagi, malahan dia lebih agresif lagi, dia mau mengisap penisku. Sekitar empat jam kami bertempur habis-habisan. Saya rasanya sangat loyo, tapi dia masih saja segar. Kalau tidak takut suaminya balik, mungkin seharian saya harus setubuhi dia.

READ MORE